Kekayaan Eddy Sariatmadja & Ahmad Zaky 'Meledak' karena BUKA

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 August 2021 12:55
Eddy Sariaatmadja (Foto: Forbes)
Foto: Eddy Sariaatmadja (Foto: Forbes)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten startup e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kembali melesat hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) sesaat setelah bel pembukaan pasar pagi ini, Senin (8/9/2021). Dengan ini, saham BUKA melanjutkan penguatan sejak resmi tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) di papan pengembangan pada Jumat (6/8) pekan lalu.

Menurut data BEI pukul 09.02 WIB, harga saham BUKA melejit 25,00% ke Rp 1.325/saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 199,17 miliar, menjadi yang terbanyak di bursa. Adapun volume perdagangan tercatat sebesar 150,41 juta saham.

Pada hari kedua ini, investor asing kembali mencatatkan jual bersih Rp 41,08 miliar di pasar reguler. Pagi ini, antrean untuk membeli saham BUKA di harga Rp 1.325/saham mencapai 8.698.826 lot.

Pada Jumat lalu, melonjak hingga menembus ARA 24,71% ke Rp 1.060/saham. Kendati melesat, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 249,22 miliar di pasar reguler, yang merupakan tertinggi di bursa.

Animo investor ritel atas melantainya saham BUKA memang sangat tinggi. Pada Jumat pekan lalu, pada pukul 09.10 WIB, antrean untuk membeli saham BUKA di harga Rp 1.060/saham sudah mencapai 13.587.174 lot.

Melihat performa saham BUKA tersebut, lantas, kira-kira berapa 'kekayaan' sang co-founder sekaligus mantan CEO Bukalapak Achmad Zaky dan konglomerat pendiri Grup Emtek Eddy Sariaatmadja, yang juga memiliki saham BUKA lewat PT Kreatif Media Karya atau KMK Online.

Menurut prospektus BUKA, Achmad Zaky memiliki 4,32% atau 4.452.515.674 (4,45 miliar) saham Bukalapak.com. Sementara, KMK Online menggenggam 24.661.347.283 (24,66 miliar) saham atau setara dengan 23,93% dari total porsi saham BUKA setelah proses penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Eddy, per 31 Juli 2021, menjadi pemegang saham pengendali induk KMK Online, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) atawa Grup Emtek, yakni dengan menggenggam 14,05 miliar atau 23,00% saham.

Mari kita mulai hitung-hitungannya. Saat saham BUKA IPO di harga Rp 850/saham, Achmad Zaky, dengan menguasai 4,45 miliar saham, memiliki kekayaan total mencapai Rp 3,78 triliun. Sementara, dengan harga saham BUKA mencapai Rp 1.325/saham hari ini, kekayaan Zaky bertambah sebanyak Rp 2,11 triliun.

Dengan demikian, secara total, saat ini total kekayaan Zaky di saham BUKA mencapai Rp 5,89 triliun.

Sementara, untuk memudahkan perhitungan, mari kita hitung 'potential gain' atau keuntungan potensial yang bisa diraup Eddy dengan menggunakan total kepemilikan KMK Online di saham BUKA.

Seperti disebutkan di atas, KMK Online menggenggam 24,66 miliar saham BUKA. Dengan harga IPO BUKA Rp 850/saham, 'kekayaan' KMK Online di BUKA mencapai Rp 20,96 triliun.

Adapun per Senin (9/8), dengan harga saham BUKA Rp 1.325/saham, praktis, nilai investasi KMK Online di Bukalapak.com bertambah sebesar Rp 11,71 triliun.

Dus, secara keseluruhan, total kekayaan KMK Online di saham BUKA menjadi sebesar Rp 32,68 triliun.

Profil Singkat Achmad Zaky dan Eddy Kusnadi

Zaky merupakan alumni Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Informatika yang menamatkan studinya pada tahun 2004 dengan predikat cumlaude.

Selama mengemban studi di ITB, Zaky aktif di dunia teknologi dan kewirausahaan. Proyek pertamanya adalah software quick count pemilu dengan nilai Rp 1,5 juta untuk sebuah stasiun televisi. Menggunakan uang tabungannya, Zaky juga pernah mencoba peruntungan di bidang kuliner, namun berakhir bangkrut.

Setelah lulus kuliah, Zaky bersama rekan-rekannya mendirikan perusahaan pertamanya yang bergerak di bidang jasa konsultasi teknologi bernama Suitmedia. Achmad Zaky menduduki posisi CEO Suitmedia hingga tahun 2014.

Zaky yang memiliki pengalaman membangun sistem IT beberapa perusahaan, mulai berpikir untuk membuat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi orang banyak. Bersama dua rekannya, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid, Achmad Zaky mendirikan Bukalapak pada tanggal 10 Januari 2010 di sebuah rumah kos di Kota Bandung. Zaky kemudian menempati posisi CEO Bukalapak hingga akhir tahun 2019.

Peran aktif Zaky memajukan perekonomian UKM melalui online marketplace dinilai berdampak tinggi terhadap masyarakat yang ingin memperluas pangsa pasar UKM sehingga Achmad Zaky menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wirakarya pada 21 Juli 2016 yang diserahkan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Penghargaan tersebut merupakan tanda kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada para warganya yang telah memberikan darma bakti yang besar kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dapat menjadi teladan bagi orang lain.

Kini Zaky setelah tak lagi 'mengurus' Bukalapak, Ia dan rekannya Nugroho Herucahyono mendirikan perusahaan venture capital bernama Init 6. Init 6 adalah perintah UNIX yang berarti reboot atau mengatur ulang. Perusahaan ini merupakan perusahaan investasi yang berfokus pada investasi terhadap startup tahap awal.

Sementara itu, Eddy Kusnadi adalah pendiri salah satu perusahaan media di Indonesia yakni grup Emtek pada tahun 1983 lalu. Ia merupakan salah satu orang terkaya di RI. Menggunakan data real-time Forbes, Senin (8/9) pukul 10.23 WIB, total kekayaan pria berusia 67 tahun ini menjadi US$ 3,6 miliar atau setara dengan 51,48 triliun, naik signifikan dibandingkan dengan tahun 2019 lalu yang tercatat US$ 1,3 miliar atau Rp 19,5 triliun.

Grup Emtek diketahui menaungi tiga stasiun televisi yakni SCTV, Indosiar dan O Channel. Saat ini anaknya Alvin Sariaatmadja menjabat sebagai Presiden Direktur Emtek grup.

Selain itu, mtek juga menjalin kerjasama dengan Alibaba's Ant Financial untuk sistem pembayaran digital di Indonesia.

Sementara, KMK Online adalah lengan digital dari Emtek yang didirikan pada 2012 lalu. Portofolio KMK Online, antara lain perusahaan penyedia layanan video on-demand (VoD) Vidio.com, portal berita olahraga Bola.com, dan media online Bintang.com.

Selain itu, KMK Online juga berinvestasi di sejumlah startup/perusahaan, termasuk Bukalapak (dalam pendanaan Serie B pada November 2014), Kudo.com, PropertyGuru, HijUp, iFlix dan lain sebagainya.

Sebagai informasi, dengan melantai di bursa, BUKA meraup dana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) mencapai Rp 22 triliun, terbesar sepanjang sejarah BEI.

Berdasarkan data resmi BEI, jumlah saham BUKA yang dicatatkan 103.062.019.354 saham, terdiri dari saham pendiri 77.296.514.554 saham dan penawaran umum 25.765.504.800 saham.

Untuk jumlah saham penawaran umum itu setara dengan 25,0% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO dengan harga perdana Rp 850/saham.

Harga penawaran ditetapkan di angka penawaran tertinggi Rp 850/unit, dengan begitu total dana yang diraup mencapai Rp 21,9 triliun,

Saat ini nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham BUKA mencapai Rp 136,56 triliun.

Dengan market cap tersebut maka perusahaan yang didirikan oleh Ahmad Zaky ini akan menjadi perusahaan terbesar ke-16 di BEI tepat di bawah bank Pelat Merah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 95,11 triliun dan di atas PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang memiliki market cap Rp 73 triliun. Market Cap IHSG saat ini yang berada di angka Rp 7.424 triliun akan naik menjadi Rp 7.511 triliun pasca IPO Bukalapak.

Berdasarkan prospektus IPO, seluruh dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan untuk modal kerja perseroan sebanyak sekitar 66%, sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja entitas anak.

Entitas anak yang dimaksud yakni sekitar 15% dialokasikan kepada PT Buka Mitra Indonesia (BMI), 15% dialokasikan kepada PT Buka Usaha Indonesia (BUI), sekitar 1% dialokasikan kepada PT Buka Investasi Bersama (BIB), sekitar 1% dialokasikan kepada PT Buka Pengadaan Indonesia (BPI), sekitar 1% kepada Bukalapak Pte. Ltd. (BLSG) dan sekitar 1% dialokasikan kepada PT Five Jack (Five Jack Indonesia).

Dalam IPO ini, penjamin pelaksana emisi efek BUKA yakni PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas.

Sementara itu penjamin emisi efek yakni ada 19 sekuritas terdiri dari PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Ciptadana Sekuritas Asia, dan PT Investindo Nusantara Sekuritas.

Lalu, ada PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia, dan PT Sinarmas Sekuritas. Lainnya ada PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia.

Selain itu, perseroan akan mengalokasikan sebesar 0,05% dari saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan (Employee Stock Allocation/ESA) atau sebanyak 14.027.500, dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan Harga Penawaran IPO.

Perseroan akan menerbitkan opsi saham untuk program MESOP (Management Employee Stock Option Program) sebanyak-banyaknya 4,91% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah pelaksanaan IPO ini atau sebanyak-banyaknya 5.060.345.150 saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular