
Kena Aksi Profit Taking, Saham Bukalapak Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi e-commerce yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terpantau ambles pada perdagangan sesi I Rabu (29/3/2023), setelah sehari sebelumnya sempat melonjak hingga 14%.
Per pukul 10:21 WIB, saham BUKA ambles 4,48% ke posisi Rp 256/saham.
Saham BUKA sudah ditransaksikan sebanyak 4.028 kali dengan volume sebesar 123,48 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 32,23 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 26,39 triliun.
Hingga pukul 10:21 WIB, di order bid atau beli, terdapat 47.556 lot antrian di harga Rp 256/saham. Sedangkan antrian beli terbanyak berada di harga Rp 250/saham atau berada di batas bawahnya hari ini, yakni sebanyak 314.273 lot antrian.
Sementara di order offer atau jual, terdapat 69.771 lot antrian di harga Rp 258/saham. Adapun antrian jual terbanyak berada di harga Rp 260/unit, yang mencapai 99.927 lot antrian.
Aksi profit taking sepertinya menjadi penyebab saham BUKA ambles pagi hari ini, apalagi sehari sebelumnya, saham BUKA ditutup melonjak hingga 14,53%.
Di lain sisi, kinerja keuangan BUKA pada tahun lalu terbilang positif, di mana laba bersih Bukalapak pada 2022 mencapai Rp 1,98 triliun. Perolehan ini meningkat dari tahun sebelumnya tahun 2021 yang mencatatkan rugi sebesar Rp 1,67 triliun.
Mengutip laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit pada keterbukaan informasi, Selasa kemarin, perolehan laba bersih ini tidak terlepas dari perolehan pendapatan.
Bukalapak mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,6 triliun sepanjang 2022. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya 2021 yang sebesar Rp 1,87 triliun.
Adapun pendapatan bersih Bukalapak pada tahun lalu naik 93,5% menjadi Rp3,6 triliun. Ini didorong oleh peningkatan pendapatan mitra sebesar 157%.
Di samping itu, pendapatan dari perdagangan online meningkat 53,3% menjadi Rp 1,5 triliun. Begitu pula dengan pendapatan dari Buka Pengadaan yang terkerek 16,6% menjadi Rp 133,43 miliar.
Bukalapak juga berhasil membukukan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) yang membaik pada tahun 2022. Bukalapak memperoleh EBITDA sebesar Rp 1,85 triliun sepanjang tahun 2022.
Beban pokok pendapatan emiten teknologi ini juga ikut melejit dari Rp 441,42 miliar sepanjang 2021 menjadi Rp 2,55 triliun. Nilai tersebut membengkak 479,91% (year-on-year/yoy).
Kendati demikian, beban penjualan dan pemasaran Bukalapak tercatat turun 37,30% secara tahunan menjadi Rp 1,02 triliun. Pada 2021 nilainya mencapai Rp 1,63 triliun.
Selain hasil kinerja operasional, kinerja Bukalapak juga didorong dari investasi. Adapun laba investasi yang belum dan sudah terealisasi Bukalapak senilai Rp 3,93 triliun.
Hingga akhir 2022, Bukalapak tercatat memiliki aset sebesar Rp 27,40 triliun atau naik 2,97% (yoy) dari Rp 26,61 triliun. Sementara, liabilitas Bukalapak terkikis 70,89% menuju Rp 907,92 miliar.
Sebelumnya pada kuartal III-2022, Bukalapak.com mencetak laba hingga Rp 3,6 triliun, naik 421% dibanding periode yang sama setahun sebelumnya. Saat itu perusahaan rugi Rp 1,13 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Kas Bejibun, Intip Potensi Cuan Dari Saham Bukalapak