Bukalapak Listing Hari Ini, Bakal Banyak Investor FOMO?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada hari ini Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan satu emiten baru. Emiten tersebut tak lain dan tak bukan adalah PT Bukalapak.com Tbk yang siap melantai dengan kode BUKA.
Nomura dalam risetnya mengatakan, banyak investor sepertinya akan tenjangkit gejala fear of missing out atau FOMO atas saham BUKA. Ini membuat euforia pada saham ini pada hari pertama di perdagangkan.
Bahkan disebutkan harga saham BUKA berpotensi menyentuh level harga Rp 1.620 dari harga IPO yang sudah ditetapkan Rp 850/saham.
"Dengan tindakan keras teknologi baru-baru ini di China, banyak investor mencari nama teknologi lain yang dapat diinvestasikan. BUKA sebagai pilihan investasi yang logis untuk beli dengan TP Rp 1.620," tulis Nomura.
Saham BUKA akan masuk ke dalam indeks sektoral teknologi. Bobot indeks teknologi yang tadinya hanya 5,52% dari total kapitalisasi pasar IHSG akan terkerek menjadi 6,69% setelah kedatangan perusahaan e-commerce ini.
Perusahaan siap menerbitkan sebanyak 25,76 miliar lembar saham atau setara dengan 25% dari saham yang disetor oleh perseroan. Harga penawaran ditetapkan di angka penawaran terginggi Rp 850/unit, dengan begitu total dana yang diraup mencapai Rp 21,9 triliun dengan kapitalisasi pasar pasca IPO mencapai Rp 87,6 triliun.
Dengan market cap tersebut maka perusahaan yang didirikan oleh Ahmad Zaky ini akan menjadi perusahaan terbesar ke-16 di BEI tepat di bawah bank Pelat Merah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 97 triliun dan di atas PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang memiliki market cap Rp 73 triliun. Market Cap IHSG saat ini yang berada di angka Rp 7.424 triliun akan naik menjadi Rp 7.511 triliun pasca IPO Bukalapak.
Meskipun demikian, perusahaan yang disokong Grup Emtek ini ternyata masih mencatat rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk (selanjutnya, rugi bersih) di 2020 Rp 1,35 triliun, meski membaik 51,74% dari rugi bersih di 2019 Rp 2,79 triliun. Tercatat di tahun sebelumnya yakni 2018 juga Bukalapak masih merugi Rp 2,28 triliun.
Sementara pada Maret 2021 Bukalapak kembali memangkas rugi bersih juga sebesar 17,85% menjadi Rp 323,25 miliar dari rugi bersih di periode yang sama tahun 2020 yakni Rp 393,49 miliar.
Total aset perusahaan pada 2020 mencapai Rp 2,59 triliun, meningkat 26,29% dari total aset 2019 sebesar Rp 2,05 triliun. Adpaun per akhir Maret 2021, total aset Bukalapak mencapai Rp 2,75 triliun.
Kemudian, total liabilitas pada tahun lalu naik 9,72% dari Rp 898,47 miliar pada 31 Desember 2019 menjadi Rp 985,82 miliar sepanjang 2020. Per kuartal I 2021, liabilitas perusahaan sebesar Rp 1,04 triliun.
Selanjutnya, pada 2020 Bukalapak juga mengalami kenaikan total ekuitas sebesar 39,18% menjadi Rp 1,61 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,16 triliun. Pada Maret 2021, total ekuitas perusahaan kembali meningkat menjadi Rp 1,71 triliun.
Pasca IPO nilai buku BUKA berpotensi naik ke angka Rp 229/unit sehingga BUKA akan melantai dengan valuasi harga saham dibandingkan dengan nilai buku (PBV) 3,7 kali.
TIM RISET CNBCINDONESIA
(trp/trp)