Saham Bank Mini: Tempat Investor Bertaruh Bikin ARA & ARB
Jakarta, CNBC INdonesia - Saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 2 triliun-Rp 5 triliun) bergerak variatif pada awal perdagangan pagi ini, Kamis (5/8/2021), setelah cenderung melejit pada dua hari sebelumnya.
Beberapa saham bank mini tercatat menjadi top gainers dan top losers pagi ini. Pergerakan ini terjadi seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melaju 0,57% ke 6194,287 per pukul 09.12 WIB.
Berikut laju sejumlah saham bank mini:
Bank Neo Commerce (BBYB), saham +23,14%, ke Rp 1.490, transaksi Rp 144 M
Bank Bisnis Internasional (BBSI), +17,80%, ke Rp 7.775, transaksi Rp 4 M
Bank Capital Indonesia (BACA), +6,43%, ke Rp 530, transaksi Rp 44 M
Bank QNB Indonesia (BKSW), +5,47%, ke Rp 270, transaksi Rp 6 M
Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +2,41%, ke Rp 510, transaksi Rp 17 juta
Bank MNC Internasional (BABP), +1,98%, ke Rp 515, transaksi Rp 37 M
Bank Maspion Indonesia (BMAS), +1,54%, ke Rp 1.650, transaksi Rp 27 juta
Bank Bumi Arta (BNBA),+1,28%, ke Rp 1.585, transaksi Rp 2 M
Bank Aladin Syariah (BANK), +0,30%, ke Rp 3.360, transaksi Rp 19 M
Bank Mestika Dharma (BBMD), 0,00%, ke Rp 1.575, transaksi Rp 315 ribu
Bank Jago (ARTO), -0,75%, ke Rp 16.875, transaksi Rp 43 M
Allo Bank Indonesia (BBHI), -0,97%, ke Rp 3.070, transaksi Rp 25 M
Bank IBK Indonesia (AGRS), -1,14%, ke Rp 346, transaksi Rp 26 M
Bank Ganesha (BGTG), -1,86%, ke Rp 316, transaksi Rp 24 M
Bank Victoria International (BVIC), -2,00%, ke Rp 196, transaksi Rp 6 M
Bank Amar Indonesia (AMAR), -3,47%, ke Rp 334, transaksi Rp 3 M
Bank Oke Indonesia (DNAR), -5,44%, ke Rp 278, transaksi Rp 2 M
Bank Artha Graha Internasional (INPC), -6,40%, ke Rp 234, transaksi Rp 10 M
Bank Ina Perdana (BINA), -6,60%, ke Rp 4.390, transaksi Rp 1 M
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), dari 19 saham bank mini yang diamati, 9 saham menguat, 1 stagnan, dan 9 lainnya melemah di zona merah. Saham BBYB, BKSW, BACA, dan BABP berhasil menduduki daftar top gainers. Sementara, saham INPC, ARTO, BVIC, BGTG, BBHI berada di deretan top losers.
Saham bank yang disokong startup financial technology (fintech) Akulaku BBYB dan bank yang sebagian sahamnya dimiliki induk fintech Kredivo BBSI kembali memimpin kenaikan saham bank mini pagi ini.
Saham BBYB melejit 23,14%, melanjutkan kenaikan pada dua perdagangan sebelumnya Dalam sepekan saham BBYB 'terbang; 120,74%, sedangkan dalam sebulan terakhir saham ini 'meroket' 210,67%.
Nilai transaksi BBYB tercatat sebesar Rp 144 miliar, menjadikan saham ini salah satu saham dengan nilai transaksi terbesar di bursa pagi ini. Seiring menguatnya sahma BBYB, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 3,57 miliar.
Penguatan saham BBYB sejak pekan lalu terjadi di tengah kabar perusahaan financial technology (fintech) PT Akulaku Silvrr Indonesia alias Akulaku resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB.
Sebelumnya, Akulaku resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB, setelah mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan informasi yang dipublikasikan pada Rabu (28/7) di situs resmi BBYB.
Pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan ini sehubungan dengan kepemilikan Akulaku atas 1.664.157.909 saham BBYB atau sekitar 24,98% BBYB sebagai akibat dari pelaksanaan penawaran umum terbatas III (PUT III) atau rights issue.
Sementara, saham BBSI, melonjak 17,80%, setelah kemarin melesat hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 20,00% ke Rp 6.600/saham. Pada Selasa lalu, saham ini juga melesat hingga ARA 24,72%.
Alhasil, dalam sepekan saham ini melonjak 82,40%, sementara dalam sebulan 'terbang' 143,01%.
Kabar teranyar, BBSI akan melakukan penerbitan saham baru dengan skema memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue untuk yang kedua kalinya (Penawaran Umum Terbatas/PUT II).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BBSI diwakili oleh Presiden Direktur BBSI Laniwati Tjandra mengatakan perseroan berencana untuk melakukan PUT II dengan jumlah sebanyak-banyaknya 434.782.609 saham dengan nilai nominal Rp 100/saham. Jumlah itu setara dengan 14,37% dari modal disetor perseroan.
Dana hasil rights issue ini seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan demi memenuhi ketentuan modal inti OJK dan sebagai tambahan modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Adapun, FinAccel bakal menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Amerika Serikat (AS), lewat merger dengan VPC Impact Acquisition Holdings II, sebuah perusahaan cangkang (SPAC) yang terdaftar di bursa Nasdaq, AS.
Saat ini kedua perusahaan sudah memasuki tahap perjanjian definitif untuk menggabungkan bisnis dan aksi korporasi ini ditargetkan rampung kuartal I-2022. Pasca-merger FinAccel akan memiliki valuasi mencapai US$2,5 miliar.
Sementara, saham DNAR, INPC dan BINA termasuk saham bank mini yang paling ambles pagi ini.
Saham DNAR anjlok 5,44%, seiring para pelaku pasar yang tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) terhadap saham tersebut sekaligus menghentikan reli penguatan 4 hari beruntun.
Saham INPC juga merosot 6,40%, setelah pada dua hari sebelumnya melonjak tinggi. Adapun saham Grup Salim ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,60%, setelah kemarin anjlok 4,67%. Dalam sepekan saham BINA merosot 11,88%, sementara dalam sebulan terjungkal 19,82%.
erkait rencana akan segera dirilisnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai bank digital pada pertengahan tahun ini.
Kabar teranyar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan perkembangan mengenai Peraturan OJK baru mengenai Bank Umum masih dalam harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM.
"Masih harmonisasi dengan Kemenkumham," kata Sekar kepada CNBC Indonesia, Senin (19/7).
Adapun POJK salah satunya akan mengatur mengenai pendirian bank baru, termasuk bank yang akan beroperasi penuh secara digital. Adanya peraturan ini untuk mengakomodasi perkembangan industri perbankan yang saat ini mulai beralih pada sistem digital.
Sebelumnya, para investor berspekulasi bahwa saham-saham bank mini di atas akan dicaplok oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)