
12 Saham Bank Mini Ngacir, jadi Rebutan Saat IHSG Galau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 2 triliun-Rp 5 triliun) melejit di zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Rabu (4/8/2021), melanjutkan kenaikan pada perdagangan Selasa (3/8/2021) kemarin.
Berikut penguatan sejumlah saham saham bank mini, pukul 09.22 WIB:
Bank Bisnis Internasional (BBSI), saham +20,00%, ke Rp 6.600, transaksi Rp 3 M
Bank Neo Commerce (BBYB), +14,95%, ke Rp 1.115, transaksi Rp 156 M
Bank Capital Indonesia (BACA), +13,21%, ke Rp 600, transaksi Rp 122 M
Bank Victoria International (BVIC), +10,99%, ke Rp 202, transaksi Rp 16 M
Bank IBK Indonesia (AGRS), +9,29%, ke Rp 306, transaksi Rp 27 M
Bank Oke Indonesia (DNAR), +8,03%, ke Rp 296, transaksi Rp 4 M
Bank Amar Indonesia (AMAR), +6,62%, ke Rp 322, transaksi Rp 2 M
Bank Artha Graha Internasional (INPC), +6,42%, ke Rp 199, transaksi Rp 19 M
Bank QNB Indonesia (BKSW), +5,38%, ke Rp 274, transaksi Rp 46 M
Bank Ganesha (BGTG), +4,58%, ke Rp 320, transaksi Rp 88 M
Bank Bumi Arta (BNBA), +1,62%, ke Rp 1.565, transaksi Rp 4 M
Bank Maspion Indonesia (BMAS), +0,98%, ke Rp 1.550, transaksi Rp 103 juta
Mengacu pada data di atas, saham bank yang sebagian sahamnya dimiliki FinAccel, pengelola startup financial technology (fintech) Kredivo, BBSI, melejit hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 20,00% ke Rp 6.600/saham. Kemarin, saham ini juga melesat hingga ARA 24,72%.
Alhasil, dalam sepekan saham ini melonjak 53,85%, sementara dalam sebulan 'terbang' 110,19%.
Kabar teranyar, BBSI akan melakukan penerbitan saham baru dengan skema memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue untuk yang kedua kalinya (Penawaran Umum Terbatas/PUT II).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BBSI diwakili oleh Presiden Direktur BBSI Laniwati Tjandra mengatakan perseroan berencana untuk melakukan PUT II dengan jumlah sebanyak-banyaknya 434.782.609 saham dengan nilai nominal Rp 100/saham. Jumlah itu setara dengan 14,37% dari modal disetor perseroan.
Dana hasil rights issue ini seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan demi memenuhi ketentuan modal inti OJK dan sebagai tambahan modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Adapun, FinAccel bakal menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Amerika Serikat (AS), lewat merger dengan VPC Impact Acquisition Holdings II, sebuah perusahaan cangkang (SPAC) yang terdaftar di bursa Nasdaq, AS.
Saat ini kedua perusahaan sudah memasuki tahap perjanjian definitif untuk menggabungkan bisnis dan aksi korporasi ini ditargetkan rampung kuartal I-2022. Pasca-merger FinAccel akan memiliki valuasi mencapai US$2,5 miliar.
Di posisi kedua, saham BBYB melejit 14,95%, melanjutkan kenaikan pada perdagangan kemarin ketika ditutup naik 19,75%. Dalam sepekan saham BBYB melejit 96,33%, sedangkan dalam sebulan terakhir saham ini 'meroket' 152,37%.
Nilai transaksi BBYB tercatat sebesar Rp 156 miliar, menjadikan saham ini saham dengan nilai transaksi terbesar di bursa pagi ini. Kendati menguat, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 10,81 miliar.
Penguatan saham BBYB sejak pekan lalu terjadi di tengah kabar perusahaan financial technology (fintech) PT Akulaku Silvrr Indonesia alias Akulaku resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB.
Sebelumnya, Akulaku resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB, setelah mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan informasi yang dipublikasikan pada Rabu (28/7) di situs resmi BBYB.
Pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan ini sehubungan dengan kepemilikan Akulaku atas 1.664.157.909 saham BBYB atau sekitar 24,98% BBYB sebagai akibat dari pelaksanaan penawaran umum terbatas III (PUT III) atau rights issue.
Selain saham BBSI dan BBYB, saham BACA juga melesat 13,21% dengan nilai transaksi yang juga jumbo senilai Rp 122 miliar. Selain itu, saham BVIC juga terkerek 10,99% ke Rp 202/saham.
Sentimen positif utama yang turut mengerek kenaikan bank mini sejak beberapa lalu ialah terkait rencana akan segera dirilisnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai bank digital pada pertengahan tahun ini.
Kabar teranyar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan perkembangan mengenai Peraturan OJK baru mengenai Bank Umum masih dalam harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM.
"Masih harmonisasi dengan Kemenkumham," kata Sekar kepada CNBC Indonesia, Senin (19/7).
Adapun POJK salah satunya akan mengatur mengenai pendirian bank baru, termasuk bank yang akan beroperasi penuh secara digital. Adanya peraturan ini untuk mengakomodasi perkembangan industri perbankan yang saat ini mulai beralih pada sistem digital.
Sebelumnya, para investor berspekulasi bahwa saham-saham bank mini di atas akan dicaplok oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah