Beli Saham Ini Bukan Bonus Cuan Malah Bonus 'Dosa', Lho Kok?

Putra, CNBC Indonesia
03 August 2021 10:25
Kolase/ Foto 5 Perusahaan Rokok Terbesar/Aristya Rahadian
Foto: Kolase/ Foto 5 Perusahaan Rokok Terbesar

Dari dalam negeri, mayoritas saham-saham 'dosa' merupakan emiten rokok serta emiten alkohol karena perjudian merupakan hal yang illegal di Indonesia dan industri persenjataan masih belum berkembang, dan perusahaan senjata yang ada pun hanya bersifat perusahaan privat seperti BUMN PT Pindad.

Saham-saham dosa di Indonesia juga tergolong saham-saham non syariah sehingga apabila Anda melakukan pembukaan akun rekening saham syariah maka anda secara otomatis tidak dapat membeli saham-saham ini sehingga pembeli saham-saham 'dosa' lebih terbatas dibandingkan saham lain.

Berikut kinerja saham-saham dosa di Indonesia dalam beberapa periode terakhir, mengacu data BEI per Senin (2/8).

Tercatat muncul anomali dibandingkan dengan pasar global di mana mayoritas saham-saham 'dosa' baik saham rokok maupun saham alkohol di BEI sudah terkoreksi parah baik sejak awal tahun, setahun terakhir, tiga tahun terakhir, hingga 5 tahun terakhir.

Hal ini imbas dari regulasi rokok dan bir yang semakin diperketat. Catat saja cukai rokok terutama untuk sigaret mesin terus menerus dinaikkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani guna menekan jumlah perokok aktif.

Selain itu regulasi mengenai minuman alkohol yang beberapa tahun lalu dapat didistribusikan melalui minimarket sudah diganti. Kini konsumer dipersulit dan hanya dapat melakukan pembelian alkohol di supermarket dengan menunjukkan kartu indentitas di atas 21 tahun.

Dampaknya saham-saham rokok serta alkohol sudah tumbang parah.

Catat saja emiten rokok dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) sudah tumbang harga sahamnya 74,21% dalam 5 tahun terakhir. Saham rokok dengan market cap kedua terbesar PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga sudah terkoreksi parah 46,39% dalam 5 tahun terakhir.

Untuk saham bir PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) juga sudah ambruk parah dalam 5 tahun terakhir masing-masing 5,71% dan 26,80%.

Anomali hanya dicatatkan oleh PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang sahamnya berhasil naik 45,94% dalam 5 tahun terakhir. Kinerja WIIM tidak terdampak parah karena kenaikan cukai tidak berlaku untuk rokok jenis sigaret tangan dimana rasio sigaret tangan produksi Wismilak merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan kompetitornya.

Wismilak yang merupakan rokok kelas dua juga menjadi opsi baru para perokok yang tak mampu lagi membeli rokok-rokok kelas atas baik karena permasalahan daya beli akibat Covid-19 maupun karena kenaikan cukai rokok kelas satu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular