Meski Nasib PPKM Level 4 Belum Jelas, Rupiah Libas Dolar AS!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 August 2021 16:03
ilustrasi uang
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah keluar masuk zona merah, rupiah akhirnya sukses mencatat penguatan moderat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (2/8/2021).

Rupiah bahkan mampu menguat meski sektor manufaktur Indonesia mengalami kontraksi, dan pelaku pasar menanti nasib Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,03%, kemudian bertambah menjadi 0,07% di Rp 14.450/US$. Tetapi tidak lama, rupiah berbalik melemah 0,7% ke Rp 14.470/US$. dan terus bolak balik antara penguatan dan pelemahan.

Beberapa saat sebelum penutupan perdagangan, rupiah sukses mempertebal penguatan hingga berakhir di Rp 14.420/US$, menguat 0,28% di pasar spot.

PPKM level 4 akhirnya menunjukkan dampak yang buruk bagi perekonomian Indonesia. Pagi tadi, ISH Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) merosot ke level 40,1 dari sebelumnya 53,4. Ini merupakan kali pertama PMI manufaktur mengalami kontraksi setelah sebelumnya berekspansi dalam 8 bulan beruntun.

pmi

"Peningkatan kasus Covid-19 menyebabkan pemerintah harus menerapkan PPKM yang membatasi mobilitas masyarakat. Efek dari kebijakan ini terjadi di sisi permintaan, produksi, dan tenaga kerja," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

"Gelombang serangan kedua Covid-19 telah memukul sektor manufaktur Indonesia. Selain gangguan produksi dan permintaan, dunia usaha juga mengalami hambatan dalam mendatangkan bahan baku."

"Ketidakpastian yang meningkat juga membuat dunia usaha untuk mengurangi pekerja dengan laju tercepat sejak Juni 2020, meski banyak yang menilai ini hanya sementara karena penerapan PPKM," sebut Jingyi Pan, Economics Associate Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Industri manufaktur merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) Indonesia dari sisi lapangan usaha. Tahun lalu, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB dalah 19,88%. Sehingga kontraksi sektor manufaktur tentunya akan berdampak pada pelambatan pertumbuhan PDB.

Fokus utama hari ini tertuju pada nasib PPKM level 4, yang membuat rupiah berfluktuasi sejak awal perdagangan.

Pada 25 Juli lalu Presiden Jokowi yang mengumumkan langsung PPKM level 4 diperpanjang hingga hari ini, dengan beberapa pelonggaran. Hingga penutupan perdagangan hari ini, belum ada pengumuman resmi apakah PPKM level 4 akan diperpanjang tanpa pelonggaran, atau dengan pelonggaran, atau dihentikan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Spekulasi Tapering Bikin Dolar AS Jeblok

Penguatan rupiah di awal pekan ini terjadi berkat buruknya kinerja dolar AS akibat meredupnya spekulasi tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed).

Sepanjang pekan lalu indeks dolar AS merosot 0,8% dan berlanjut hingga hari ini. The Fed kini diperkirakan tidak akan melakukan tapering di tahun ini, setelah rilis data pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS yang lebih rendah dari prediksi.

Departemen Perdagangan AS pada Kamis pekan lalu melaporkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.

Sehari setelahnya, inflasi berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) di bulan Juni dilaporkan melesat 3,5% (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,4% YoY, tetapi di bawah hasil polling Reuters sebesar 3,7%.

Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun Juli 1991.

Inflasi PCE yang merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, rilis yang lebih rendah dari ekspektasi, plus PDB yang juga lebih rendah dari prediksi membuat spekulasi tapering tidak akan dilakukan di tahun ini semakin menguat.

TIM RISER CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular