Teka-teki Terkuak! Alasan Saham DCII Salim-SRIL Masih Dikunci

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Kamis, 29/07/2021 13:10 WIB
Foto: Anthoni Salim. (Dok: Forbes)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan penghentian sementara perdagangan (suspensi) saham dua emiten, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) masih akan dilakukan sejalan dengan pertimbangan bursa terkait dengan alasan suspensi kedua saham ini.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan pembukaan suspensi baru bisa dilakukan jika penyebab suspensi telah diselesaikan oleh emiten yang bersangkutan.

"Terkait dengan suspensi atas efek perusahaan tercatat dapat kami sampaikan bahwa suspensi akan dibuka apabila penyebab suspensi telah diselesaikan oleh perusahaan tercatat," kata Nyoman dalam keterangannya, dikutip Kamis (29/7/2021).


Dia menjelaskan, untuk DCII, saat ini bursa tengah melakukan pemeriksaan berkaitan dengan transaksi perdagangan saham tersebut.

Sebelumnya, suspensi atas saham emiten milik bos Indofood Anthony Salim dan pengusaha teknologi Otto Toto Sugiri ini dilakukan berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-SPT-00093/BEI.WAS/06-2021 tanggal 16 Juni 2021.

"Bursa melakukan suspensi atas saham DCI Indonesia di Pasar Reguler dan Pasar Tunai mulai sesi I perdagangan tanggal 17 Juni 2021 sampai dengan Pengumuman Bursa lebih lanjut sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada Saham DCII," terang pengumuman BEI.

Sedangkan untuk saham SRIL, pencabutan suspensi saham ini baru bisa dilakukan apabila perusahaan telah melakukan pembayaran pokok dan bunga atas surat utang jangka menengah atau MTN Sritex Tahap III Tahun 2018 ke-6.

"Kami akan terus memantau perkembangan perseroan termasuk terkait dengan proses PKPU [Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang] yang sedang dialami oleh perseroan sebagaimana telah disampaikan juga dalam keterbukaan informasi oleh perseroan," ungkap Nyoman.

Adapun suspensi saham Sritex ini berdasarkan Pengumuman Bursa No. Peng-SPT-00006/BEI.PP3/05-2021 tanggal 18 Mei 2021, Bursa melakukan Penghentian Sementara Perdagangan Efek (Suspensi) PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) di Seluruh Pasar terhitung sejak Sesi I Perdagangan Efek tanggal 18 Mei 2021. Artinya saham SRIL sudah disuspensi 2 bulan lebih.

Surat ini dirilis karena adanya surat elektronik PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) No. KSEI-3657/DIR/0521 tanggal 17 Mei 2021 terkait penundaan pembayaran MTN yang dimaksud.

Khusus saham DCIIBEI sudah 'menggembok' saham fenomenal DCII sejak 17 Juni lalu. Artinya, 42 hari saham ini ini disuspensi Bursa.

Pergerakan harga yang melonjak signifikan membuat otoritas bursa menegaskan perlu ada langkah cooling down guna memberikan kesempatan kepada pelaku pasar untuk mempertimbangkan keputusan investasinya.

Sebelumnya Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang juga sudah menjelaskan, saham DCII mengalami volatilitas harga secara terus menerus.

"Atas kondisi ini, kami sedang melakukan pemeriksaan atas transaksi saham DCII. Tujuan pemeriksaan ini untuk memastikan ada tidaknya indikasi manipulasi transaksi," kata Kristian kepada awak media, Rabu (7/6/2021).

Saham DCII terakhir kali diperdagangkan pada level Rp 59.000 per saham pada Rabu (16/6/2021).

Perseroan baru melantai di pasar modal pada 6 Januari 2021 dengan harga penawaran umum perdana saham (IPO) Rp 420 per saham. Saham DCII tercatat meroket 14.000% dari harga IPO.

Dalam penjelasannya kepada BEI, Corporate Secretary DCI Indonesia, Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan, kenaikan harga saham perseroan yang mencapai Rp 59.000 per saham bergantung pada mekanisme pasar dan persepsi pasar atas masa depan DCII.

Sampai dengan 30 Juni 2021, pemegang saham DCII ialah Otto Toto Sugiri dengan kepemilikan 29,90%. Marina Budiman 22,51%, Han Arming Hanafia sebesar 14,11%. Ketiganya merupakan pengendali, sedangkan Anthoni Salim menggenggam kepemilikan sebesar 11,12% dan pemegang saham publik 22,36%.

Adapun saat ini, untuk market cap atau kapitalisasi pasar, DCII berhasil merangsek ke 10 besar big cap alias saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Market cap DCII sebesar Rp 140,64 triliun, mendekati PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) di urutan 9 dengan market cap Rp 156,05 triliun.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saham Sritex Terancam Didepak dari Bursa Efek Indonesia