Duh! Ini Ramalan Buruk ADB soal Dampak Pandemi RI-Malaysia

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
28 July 2021 09:35
adb
Foto: foto/ Peninjauan Vaksinasi Covid-19 Gotong Royong untuk Pekerja, Kabupaten Bekasi, 18 Mei 2021/Youtube: Setpres

Adapununtuk Indonesia, ADB memangkas perkiraan pertumbuhan PDB dari 4,5% menjadi 4,1% tahun ini, akibat dari lonjakan kasus infeksi gelombang kedua.

Peningkatan kasus baru yang mencapai rekor tertinggi memaksa pemerintah melaksanakan pembatasan sosial sejak 2 Juli dan terus diperpanjang hingga 2 Agustus.

ADB mengatakan bahwa pembatasan tersebut akan menghambat pemulihan yang sedang berlangsung, yang dimulai sejak Q3-2020 dan berlanjut hingga Q2-2021 lalu, ketika aktivitas ekonomi masih menguat, dukungan positif kebijakan fiskal dan permintaan ekspor yang terus meningkat.

Sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 tidak mengalami perubahan di angka 5,0%.

Selain pertumbuhan ekonomi, ADB juga mencatat rata-rata laju inflasi di Indonesia pada Januari-Mei adalah sebesar 1,5%, secara konsisten berada di bawah target 2%-4% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang tetap mempertahankan suku bunga di angka 3,5%.

Perkiraan inflasi Indonesia untuk 2021 ikut terpangkas menjadi 2,1% dari semula 2,4%. Perkiraan laju inflasi tahun 2022 tidak berubah di angka 2,8%.

Negara tetangga juga memperoleh vonis serupa, proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia diturunkan dari semula 6,0% menjadi 5,5%.

Thailand yang pada kuartal pertama tahun ini masih mengalami kontraksi, proyeksi pertumbuhan PDB nya turun dari 3,0% menjadi 2,0%.

Bahkan Vietnam yang merupakan salah satu negara ekonomi terbaik tahun lalu yang mampu menghindari jurang resesi, pertumbuhan ekonominya juga ikut dipangkas oleh ADB dari 6,7% menjadi 5,8%.

Wilayah lain yang proyeksi pertumbuhan ekonominya diramalkan turun adalah Asia Selatan yang 'disunat' dari 9,5% menjadi 8,9% di tahun 2021.

Pertumbuhan ekonomi India mengalami revisi menjadi 10,0% dari sebelumnya ditargetkan mencapai 11,0%.

Turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tidak terjadi di semua wilayah Asia, yang mana ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Timur dari 7,4% menjadi 7,5% cerminan kuatnya pertumbuhan kuartal pertama.

Selama3 bulan awal tahun ini ekonomi China naik pesat hingga 18,3%, meroketnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negeri tirai bambu ini salah satunya diakibatkan perkuatan aktivitas ekonomi di sektor retail.

Faktor lainnya yakni infrastruktur dan manufaktur serta penyusutan ekonomi yang terbilang besar, mencapai 6,8% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

ADB memproyeksikan pertumbuhan PDB China tidak berubah pada 2021 di angka 8,1% dan 5,5% pada 2022.

Selain China, Hong Kong dan Taiwan juga mengalami pertumbuhan signifikan. Selain itu PDB Korea Selatan tahun 2021 diprediksi naik dari semula 3,5% kini menjadi 4,0%.

Ramalan Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Ramalan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi oleh ADB (sumber: Asian Development Outlook (ADO) July 2021)Foto: Ramalan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi oleh ADB (sumber: Asian Development Outlook (ADO) July 2021)
Ramalan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi oleh ADB (sumber: Asian Development Outlook (ADO) July 2021)

Sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara ekonomi besar utama tidak mengalami perubahan signifikan.

Amerika Serikat dan ekonomi Uni Eropa tidak mengalami revisi proyeksi, sedangkan Jepang prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 diturunkan menjadi 2,6% dari semula 2,9%, sedangkan untuk tahun 2022 diramal naik menjadi 2,7% dari proyeksi awal 2,4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular