EY Sebut RI Raja di IPO ASEAN, tapi Nilai di Bawah Thailand

Tim Riset, CNBC Indonesia
27 July 2021 17:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren ramainya perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) kembali berlanjut pada kuartal kedua tahun 2021. Di Indonesia, perusahaan yang melakukan IPO pada tahun ini tercatat naik dibandingkan dengan tahun lalu.

EY Indonesia Lead Strategy and Transactions Partner, Sahala Situmorang dalam riset yang dikeluarkan mengatakan hingga 30 Juni 2021, ada 23 perusahaan baru yang sedang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga mencapai US$ 49 juta atau Rp 710,57 miliar. 

Sebagai perbandingan, di tahun 2020 hanya 15 perusahaan yang melakukan go-public ke pasar saham dalam negeri dengan nilainya mencapai US$ 23 juta.

"Hampir 35% dari perusahaan yang go-public pada semester I 2021 berasal dari sektor konsumer, sementara berbagai industri seperti teknologi, bahan dasar, properti, dan keuangan merupakan sektor lainnya. Ini bisa menjadi tanda bahwa konsumsi memang menjadi tulang punggung negara." kata Sahala, dikutip CNBC Indonesia pada Selasa (27/7/2021).

Sementara itu, hampir 48% dari mereka masuk di Development Board atau Papan Pengembangan dan sekitar 22% masuk ke Acceleration Board atau Papan Akselerasi.

Hal ini sejalan dengan tren maraknya usaha kecil menengah (UKM) yang mengakses pasar modal akhir-akhir ini. Memang, sekitar 39% dari mereka dianggap sebagai emiten ukuran kecil yang menghasilkan hingga US$ 3,5 juta dan emiten menengah yang menghasilkan US$ 3,5 - 17 juta.

Sahala menyimpulkan bahwa masih banyak perusahaan yang melakukan IPO di bursa pada semester II-2021, sekitar 30 perusahaan lagi berencana untuk go-public di BEI, termasuk IPO yang banyak dinanti oleh banyak investor, yakni Bukalapak, salah satu perusahaan teknologi unicorn yang bergerak di bidang e-commerce.

"Kita bisa berargumen bahwa tren positif di pasar IPO kemungkinan akan terjadi karena banyak perusahaan menunda rencana IPO mereka tahun lalu. Namun, adanya kabar IPO oleh perusahaan unicorn lain dan badan usaha milik negara (BUMN) atau anak perusahaannya telah memberikan jaminan bahwa pasar dalam kondisi cukup baik untuk menyediakan modal untuk pertumbuhan." Kata Sahala.

Sementara itu di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memimpin dengan jumlah perusahaan yang akan go-public terbesar di kawasan tersebut, yakni mencapai 22 transaksi selama periode tahun berjalan (year-to-date/YTD) dan 11 transaksi pada kuartal kedua tahun 2021.

Namun, nilai IPO Indonesia masih kalah dengan Thailand yang nilainya mencapai US$ 2,9 miliar (YTD) dan sebesar US$ 1,3 miliar. Bahkan Indonesia juga kalah dengan Filipina yang mencapai US$ 1 miliar pada kuartal II-2021.

Dari Asia Pasifik, jika dilihat dari jumlah perusahaan yang melakukan IPO, China mendominasi Asia Pasifik hingga mencapai 293 transaksi pada tahun berjalan dan sebanyak 161 transaksi di kuartal kedua tahun 2021.

Nilai IPO China juga tercatat paling besar, yakni sebesar US$ 60,3 miliar pada tahun berjalan dan sebesar US$ 30,9 miliar pada kuartal kedua tahun 2021.

IPOFoto: EY

Terlepas dari gelombang baru pandemi virus corona (Covid-19) di Jepang, angka IPO di semester pertama tahun 2021 naik 59% menjadi 54 transaksi dengan jumlahnya mencapai US$ 3 miliar.

Korea Selatan mencatat dua mega IPO pada semester I tahun 2021, termasuk IPO terbesar kelima secara global pada kuartal kedua 2021 berdasarkan hasil dan mendapatkan dana sebesar US$ 2 miliar.

EY Asean IPO Leader, Max Loh dalam risetnya mengatakan bahwa Asia Tenggara tak kalah dengan Asia keseluruhan, di mana IPO di Asia Tenggara juga cukup bagus, bahkan hampir menyamai Jepang dan berada di atas Hong Kong dan jauh di atas Korea Selatan.

"Asean menunjukkan IPO yang cukup bagus pada semester pertama 2021, mencatat hasil semester pertama terbaik selama beberapa tahun terakhir, di mana kami melihat 44 IPO yang menghasilkan dana US$ 3,2 miliar pada 2020 dan 40 IPO mencapai US$ 1,9 miliar pada 2019." Kata Loh, dikutip CNBC Indonesia pada Selasa (27/7/2021).

Terlepas dari berlangsungnya pandemi Covid-19 yang terus mempengaruhi ekonomi, perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara menunjukkan optimisme dan keyakinannya dalam pemulihan ekonomi di kawasan ini, serta memanfaatkan pasar modal untuk pertumbuhan dan peluang digital yang muncul.

"Momentum ini diperkirakan akan terus stabil memasuki paruh kedua tahun 2021, dipimpin oleh Thailand dan Indonesia. Pengenalan SPAC Asean mungkin dapat memberikan alasan yang kuat untuk lebih banyak perusahaan melantai di bursa kedepannya." tambah Loh.

Di global, tren perusahaan yang akan melakukan go-public juga tak kalah dengan kawasan Asia, di mana pada kuartal kedua tahun ini merupakan transaksi IPO paling aktif di global berdasarkan jumlah transaksi dan dana dalam 20 tahun terakhir.

Kinerja positif pasar IPO global menunjukkan pemulihan ekonomi global berjalan dengan baik, meskipun lajunya bervariasi di seluruh pasar.

Sementara SPAC terus menjadi topik hangat. Namun, proses SPAC di Amerika Serikat (AS) tak lagi memimpin di kuartal II-2021, setelah aktivitas yang tinggi selama 12 bulan terakhir.

Pada saat yang sama, aktivitas IPO SPAC Eropa tumbuh dari total IPO SPAC global yang mencapai 21 transaksi sepanjang semester I-2021.

Kegiatan IPO di AS berlanjut dengan pesat hingga akhir semester I-2021, dengan 276 IPO dan berhasil mendapatkan dana hingga US$ 93,9 miliar.

Aktivitas IPO Kuartal II-2021

Month/Quarter

Number of IPOs

Proceeds (US$b)

April 2019

85

$16.8

May 2019

101

$23.4

June 2019

120

$20.4

Q2 2019

306

$60.6

April 2020

54

$4.8

May 2020

43

$8.4

June 2020

98

$28.7

Q2 2020

195

$41.9

April 2021

186

$33.2

May 2021

158

$30.3

June 2021

253

$48.1

Q2 2021

597

$111.6

Sumber: Dealogic, EY 

EY Global IPO Leader, Paul Go mengatakan bahwa secara global, pasar IPO menunjukkan kinerja yang kuat di kuartal kedua thaun 2021 karena IPO di pasar konvensional terus mendapat manfaat dari momentum di kuartal pertama sementara SPAC mengambil jeda.

"Perusahaan yang melakukan IPO ingin mengambil keuntungan dari sentimen pasar yang menguntungkan dan likuiditas yang tinggi, mereka juga ingin menyelesaikan transaksi mereka sebelum prediksi perlambatan di pertengahan tahun." Kata Paul, dilansir CNBC Indonesia.

"Perusahaan yang sedang mempertimbangkan IPO harus menyiapkan strategi multi dimensi yang menunjukkan resiliensi terhadap geopolitik, situasi pandemi Covid-19 yang berkembang, valuasi, dan tantangan tata kelola perusahaan (corporate governance)." tambahnya.

Sementara itu dari per sektornya, total transaksi IPO global paling banyak dilakukan oleh perusahaan sektor teknologi yang mencapai 284 transaksi dan memperoleh dana sebanyak US$ 90,2 miliar.

Sectors

Number of IPOs

Percentage of global IPOs

Proceeds (US$b)

Percentage of global capital raised

Consumer products

88

8.2%

12.7

5.7%

Consumer staples

61

5.7%

12.7

5.7%

Energy

71

6.6%

14.6

6.6%

Financials

45

4.2%

9.4

4.3%

Healthcare

187

17.5%

33.4

15.1%

Industrials

140

13.1%

24.3

11.0%

Materials

102

9.5%

7.4

3.3%

Media and entertainment

20

1.9%

1.6

0.7%

Real estate

35

3.3%

4.9

2.2%

Retail

26

2.4%

7.0

3.1%

Technology

284

26.6%

90.2

40.6%

Telecommunications

11

1.0%

3.8

1.7%

Global Total

1,070

100.0%

222.0

100.0%

Sumber: Dealogic, EY

Sedangkan yang paling rendah proses IPO-nya adalah perusahaan sektor telekomunikasi yang hanya mencapai 11 transaksi dan hanya memperoleh dana sebanyak US$ 3,8 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular