Covid-19 RI Bikin Ngeri, tapi Sentimen ke Rupiah Membaik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2021 17:35
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mencatat pelemahan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga perdagangan Jumat (16/7/2021). Meski demikian, sepanjang pekan ini rupiah masih mampu menguat 0,21% ke Rp 14.495/US$.

Mata Uang Garuda sebenarnya sudah membukukan penguatan 2 pekan beruntun, sebab minggu lalu mampu menguat tipis 0,03% sekaligus mengakhiri pelemahan 3 pekan beruntun. Rupiah mampu menguat back-to-back secara mingguan meski kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia masih belum berhenti mencatat rekor tertinggi.

Meski demikian, sentimen terhadap rupiah justru membaik. Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Dalam survei tersebut, posisi jual (short) rupiah menurun dibandingkan dua pekan lalu.

idrFoto: Datawrapper

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (16/7/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,23, lebih baik dari 2 pekan lalu 0,36%.

Dibandingkan mata uang lainnya, hanya sentimen terhadap rupiah yang membaik. Won Korea Selatan yang dua pekan lalu spekulan masih mengambil posisi beli (long) dengan angka -0,29, tetapi dalam survei terbaru berbalik menjadi jual (short) dengan angka 0,27%. Hal yang sama juga terjadi terhadap dolar Taiwan.

Dari 9 mata uang yang disurvei Reuters, hanya yuan China yang masih mendapat posisi long, meski menurun menjadi -0,15 dari sebelumnya -0,29.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelaku Pasar Sudah Mengantisipasi Perpanjangan PPKM Mikro Darurat?

Meski melemah dalam 3 hari beruntun, tetapi rupiah sukses bertahan di bawah Rp 14.500/US$, bahkan masih mampu mencetak penguatan mingguan.

Padahal, kasus Covid-19 terus mencetak rekor. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak kemarin pukul 12.00 hingga hari ini Jumat (16/7/2021) pukul 12.00 WIB, kasus baru Covid-19 bertambah 54.000 pasien. Jumlah tersebut turun dari rekor tertinggi 56.757 yang tercatat kemarin.

Dalam dua pekan terakhir, rata-rata penambahan kasus sebanyak 39.418 per hari, naik lebih dari 100% dibandingkan rata-rata dua pekan sebelumnya 18.976 kasus per hari.

Hal ini tentunya berisiko memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang dilakukan mulai tanggal 3 hingga 20 Juli, sebab belum ada tanda-tanda melandainya kurva kasus positif harian.

idrFoto: Datawrapper

Meski demikian, pelaku pasar sepertinya sudah mengantisipasi hal tersebut, sehingga rupiah tidak mengalami pelemahan signifikan.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi mengatakan, PPKM Darurat hingga 20 Juli 2021 kemungkinan besar efektif menurunkan mobilitas masyarakat. Namun, tidak menjamin angka penurunan kasus positif Covid-19 akan menurun.

Berkaca dari pengalaman kenaikan kasus Covid-19 pada bulan Januari 2021, kata Dendi dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk bisa menurunkan kasus Covid-19 ke level 'normal' 5.000 hingga 6.000 kasus per hari.

"Lebih dari itu, penerapan PPKM Darurat ini kemungkinan besar diperpanjang jika tidak terjadi penurunan kasus positif harian Covid-19 secara signifikan," jelas Dendi dalam siaran resminya Kamis (8/7/2021).

Sementara itu kemungkinan PPKM Mikro Darurat akan diperpanjang terindikasi dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan," tulis bahan paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular