Waduh Belum 5 Menit, Rupiah sudah Tembus Rp 14.500/US$ Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2021 09:27
dollar
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Silang pendapat antara para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan The Fed membuat dolar AS turun naik. Alhasil, rupiah menjadi sulit menguat dan kembali ke zona merah di awal perdagangan Jumat (16/7/2021).

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.490/US$. Kurang dari 5 menit kemudian rupiah sudah berada di Rp 14.510/US$, melemah 0,21%.

Indeks dolar AS yang merosot 0,37% pada perdagangan Rabu berbalik menguat 0,23% kemarin, yang membebani rupiah pagi ini.

Penguatan tersebut terjadi setelah Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evans mengindikasi tapering bisa terjadi di tahun ini. Ia mengatakan perlu melihat perbaikan pasar tenaga lebih lanjut, untuk memulai tapering. Dan menurutnya perbaikan tersebut akan tercapai di tahun ini.

"Melihat beberapa bulan terakhir, pertumbuhan pasar tenaga kerja lebih lambat dari yang saya perkirakan. Saya akan bilang masih ada beberapa hal yang perlu dinilai untuk mencapai kemajuan substansial yang kita perlukan untuk merubah kebijakan moneter kami," kata Evans, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (15/7/2021).

Pasar pun dibuat bingung mengenai kapan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan. Saat ini, QE The Fed senilai US$ 120 miliar per bulan.

Sebelumnya, ketua The Fed Jerome Powell meredam spekulasi tapering akan dilakukan di tahun ini.

Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee kemarin malam, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya. Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.

Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni "kemajuan substansial" menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih "jauh" dari kata tercapai.
Alhasil, indeks dolar AS menjadi merosot pada perdagangan Rabu lalu.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kasus Covid-19 RI Makin Ngeri

Sementara itu dari dalam negeri, lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) masih menjadi perhatian utama, sebab masih belum berhenti mencatat rekor tertinggi. Kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan bertambah lebih dari 56 ribu orang. Hal ini tentunya berisiko memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat.

PPKM Mikro Darurat dilakukan mulai tanggal 3 hingga 20 Juli, tetapi belum ada tanda-tanda melandainya kurva kasus positif harian.

Meski kasus Covid-19 makin mengerikan, tetapi rupiah masih mampu bertahan di bawah RP 14.500/US$ dalam beberapa hari terakhir. Artinya, pelaku pasar sudah mengantisipasi kemungkinan PPKM Mikro Darurat akan diperpanjang.

Selain itu, perekonomian Indonesia nyatanya masih bergeliat di bulan Juni lalu, meski kasus Covid-19 sudah mulai menanjak.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus pada Juni 2021. Ini karena ekspor masih lebih tinggi ketimbang impor.

Pada Kamis (15/7/2021), Kepala BPS Margo Yuwono mengumumkan nilai impor Indonesia bulan lalu adalah US$ 17,23 miliar. Melesat 60,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Terhadap Mei 2021 (month-to-month/mtm), impor tumbuh 21,03%.

Sementara itu nilai ekspor Juni 2021 diumumkan sebesar US$ 18,55 miliar. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 1,32 miliar.

Kali terakhir Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan adalah pada April tahun lalu. Artinya, neraca perdagangan terus mengalami surplus selama 14 bulan beruntun.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor tumbuh 48,675% yoy dan neraca perdagangan surplus US$ 2,15 miliar. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan impor naik 51,35% dan neraca perdagangan surplus US$ 2,23 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular