
Mayoritas Bursa Asia Dibuka Melemah, STI Menguat Sendirian!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia kembali dibuka melemah pada perdagangan Jumat (16/7/2021), menyusul pelemahan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan sikap investor yang sedang menanti pernyataan kebijakan moneter terbaru bank sentral Jepang.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,31%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,21%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,25%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,49%.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura dibuka menguat 0,26% pada pagi hari ini.
Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) akan memutuskan kebijakan moneter terbarunya pada pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 09:00 WIB. Konsensus memperkirakan BoJ akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah -0,1%.
Pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang ditutup cenderung melemah pada perdagangan Kamis (15/7/2021) waktu AS.
Beralih ke AS, bursa Wall Street secara mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Kamis kemarin, menyusul turunnya imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (Treasury) yang menandakan naiknya risiko perekonomian dalam perspektif investor.
Indeks acuan Dow Jones menjadi satu-satunya yang sukses naik tipis 0,15% ke level 34.987,02. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite terpaksa berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin.
S&P 500 melemah 0,33% ke level 4.360,03 dan Nasdaq dengan komponen saham teknologi merosot 0,70% ke level 14.543,13.
Yield Treasury bertenor 10 tahun turun 3 basis poin (bp) ke 1,326%, meninggalkan level tertinggi tahun ini di 1,7% pada Maret. Penurunan ini mengindikasikan pelaku pasar memborong surat utang dan kurang nyaman menaruh dananya di aset berisiko tinggi seperti saham.
Saham Morgan Stanley pun drop, bahkan setelah perseroan merilis kinerja keuangan kuartal II-2021 yang melampaui ekspektasi. Nasib saham Wells Fargo dan Bank of America juga sama, karena penurunan yield obligasi pemerintah AS memang menekan margin laba bank.
Dari data ekonomi, jumlah klaim tunjangan pengangguran pekan lalu yang tepat sesuai proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones, di angka 360.000 unit dan menjadi yang terendah dalam 16 bulan terakhir, tidak cukup membantu mengangkat sentimen pasar. Padahal, angka itu lebih baik ketimbang posisi sepekan sebelumnya (373.000 unit).
Sementara itu, Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dalam pidatonya di depan Kongres mengatakan bahwa dirinya sudah mengantisipasi tingginya inflasi yang disebutkan akan terus turun dalam berberapa periode kedepan.
Meskipun demikian sebagian investor tetap berspekulasi bahwa pembalikan arah kebijakan dari moneter longgar sekarang ke moneter ketat, bakal terjadi setelah inflasi Juni melesat yang ditimpali lonjakan indeks harga produsen.
"Dalam pertemuan Juni, Komite mendiskusikan tentang perkembangan ekonomi yang mendekati sasaran kami setelah kami menjalankan pembelian aset akhir Desember lalu. Meski mencapai standard 'kemajuan lebih jauh yang substansial' masih jauh, peserta rapat menilai bahwa kemajuan akan berlanjut," tuturnya.
Selanjutnya Jay Powell juga berpidato di depan Senat hari ini. "Investor obligasi mengikuti narasi The Fed terkait inflasi," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, sebagaimana dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
