Saham BBHI Milik CT Kena ARA Lagi, BINA Milik Salim Digembok

Market - Putra, CNBC Indonesia
12 July 2021 09:46
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Chairman CT Corp Chairul Tanjung dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Chairman CT Corp Chairul Tanjung dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank milik Mega Corpora yang dikendalikan pengusaha nasional Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk(BBHI) yang sebelumnya bernama PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) kembali melesat kencang pada perdagangan sesi pertama, Senin (12/7/21).

Sedangkan saham perbankan yang dikuasai taipan Anthoni Salim PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) masih disuspensi oleh regulator perdaganganya karena sudah melesat kencang dalam beberapa pekan terakhir.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBHI menjadi salah satu top gainers hari ini setelah melejit 25% atau auto reject atas (ARA) ke Rp 2.700/saham. Nilai transaksi BBHI hari ini hanya mencapai Rp 2 miliar.

Sebelumnya harga saham BBHI baru saja turun menyesuaikan harga teoritis saham. Turunnya harga saham BBHI bukan karena terkoreksi akan tetapi karena harga teoritis saham dalam rangka penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.

Sentimen terbaru yang mempengaruhi pergerakan saham ini ialah BBHI yang telah resmi mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM terkait dengan perubahan nama menjadi PT Allo Bank Indonesia Tbk yang berlaku sejak 30 Juni 2021.

Langkah ini dalam rangka rebranding setelah perseroan menjadi bagian dari Kelompok Usaha Bank (KUB) di bawah pengendalian PT Mega Corpora bersama dengan PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank Mega Syariah yang akan melengkapi jasa perbankan yang ditawarkan oleh kelompok usaha di bawah CT Group.

Saat ini perusahaan juga telah memperoleh pernyataan efektif dari OJK untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan surat OJK No.S-104/D.04/2021 tanggal 30 Juni 2021 Perihal Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran yang akan meningkatkan permodalan perseroan sekitar Rp 7,498 triliun.

Dana rights issue akan digunakan untuk pemenuhan modal inti minimum bank yang akan memberikan kemampuan Allo Bank untuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi yang yang dikenal sebagai digital bank.

Jumat pekan lalu, BEI merilis pengumuman mengenai harga teoritis saham BBHI di mana menurut perhitungan bursa harga teoritis BBHI berada di angka Rp 1.736,819 dan dibulatkan ke bawah menjadi Rp 1.735/unit.

Harga teoritis adalah harga penyesuaian antara harga pasar dan harga tebus rights issue.

Ini adalah mekanisme bursa agar pasca-rights issue agar kapitalisasi pasar emiten tidak melonjak tiba-tiba apalagi ketika rights issue yang dilakukan dalam menerbitkan jumlah saham yang banyak dengan harga penebusan di bawah harga pasar seperti BBHI, hal ini karena kapitalisasi pasar sebuah perusahaan dipengaruhi oleh harga saham lalu dikali dengan jumlah sahamnya.

Secara teoritis, investor tidak akan merugi karena harga sahamnya turun tiba-tiba.

Hal ini karena nantinya investor akan mendapat saham rights (BBHI-R) di mana setiap pemegang 125 induk BBHI per 8 Juli kemarin akan mendapat 224 rights issue. Sang investor bisa menebus 1 saham BBHI dengan harga Rp 100/saham.

BBHI data BEIFoto: BBHI data BEI
BBHI data BEI

Tercatat tanggal Cum Date RI BBHI di pasar reguler di tanggal 8 Juli, Ex Date reguler di tanggal 9 Juli, sedangkan rights issue nantinya dapat dilaksanakan di pasar tunai per tanggal 14 Juli hingga tanggal 21 Juli.

Jumat lalu, saham BBHI ditutup ARA (auto reject atas) 24,50% ke level harga Rp 2.160/saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,4 miliar.

Selanjutnya untuk saham BINA sedang disuspensi sejak Jumat 9 Juli lalu oleh pihak bursa seiring kenaikan harga akumulatif yang signifikan. Saham ini sempat melaju kencang di zona hijau selama 10 hari beruntun, yakni pada 11-24 Juni.

Kenaikan saham BINA akhir-akhir ini didorong oleh kabar terbaru perusahaan yang berencana melakukan rights issue. Dalam rights issue tersebut, BINA akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthony Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Resmi Ganti Nama Jadi Allo Bank, Saham Bank Milik CT Ngamuk!


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading