
Omset Terus Menanjak, Seberapa Menarik Saham Bukalapak?

Jakarta, CNBC Indonesia -Perusahaan e-commerce Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk akan menawarkan saham sebanyak-banyaknya sebesar 25.765.504.851 saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru dan dikeluarkan dari portepel dalam penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham ini ditawarkan dengan nilai nominal Rp 50 setiap saham, yang mewakili sebanyak-banyaknya sebesar 25,0% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham.
Berdasarkan prospektus yang disampaikan di media massa pada Jumat ini (9/7), saham ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran berkisar antara Rp 750 sampai dengan Rp 850 setiap saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS).
Dengan demikian, jumlah seluruh nilai IPO ini adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 21.900.679.123.350, alias nyaris Rp 22 triliun.
Lantas, bagaimana kinerja keuangan Bukalapak?
Perusahaan yang disokong Grup Emtek ini ternyata mencatat rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk (selanjutnya, rugi bersih) di 2020 Rp 1,35 triliun, membaik 51,74% dari rugi bersih di 2019 Rp 2,79 triliun. Tercatat di tahun sebelumnya yakni 2018 juga Bukalapak masih merugi Rp 2,28 triliun.
Sementara pada Maret 2021 Bukalapak kembali memangkas rugi bersih juga sebesar 17,85% menjadi Rp 323,25 miliar dari rugi bersih di periode yang sama tahun 2020 yakni Rp 393,49 miliar.
Kabar baiknya di tengah perusahaan yang terus merugi, ternyata penjualan Bukalapak terus melesat dimana pada tahun 2020 pendapatan neto perusahaan yang nantinya akan menggunakan kode BUKA ini berada di angka Rp 1,35 triliun, naik 25% dari posisi tahun 2019 di angka Rp 1,06 triliun, bahkan tercatat di angka 2018 omset perusahaan hanya berada di angka Rp 291 miliar.
Bahkan di tahun 2021 ini BUKA kembali mencatatkan pertumbuhan pendapatan neto yang impresif yakni mencapai Rp 432,70 miliar atau tumbuh 32,31% dari Maret 2020 sebesar Rp 320,23 miliar.
Menariknya, melesatnya omset perusahaan terjadi seiring dengan aksi 'bakar uang' yang terus dikurangi oleh perusahaan. Tercatat pada tahun 2020 beban penjualan dan pemasaran berada di kisaran Rp 1,5 triliun turun 53% dari posisi tahun 2019 di angka Rp 2,3 triliun.
Kedepanya, dengan beban pokok pendapatan yang tergolong kecil yakni hanya di kisaran Rp 123 miliar di tahun 2020 dan Rp 267 miliar di tahun 2019 apabila BUKA mampu terus menekan aksi bakar uang dan meningkatkan omset, maka tidak heran apabila perseroan pada akhirnya akan mampu mencetak laba.
Meskipun demikian beban umum dan administrasi yang terus meningkat tentunya perlu menjadi perhatian khusus perseroan. Tercatat pada tahun 2020 beban umum dan administrasi berada di angka Rp 1,49 triliun naik 18% dari posisi 2019 di angka Rp 1,26 triliun.
Total aset perusahaan pada 2020 mencapai Rp 2,59 triliun, meningkat 26,29% dari total aset 2019 sebesar Rp 2,05 triliun. Adapun per akhir Maret 2021, total aset Bukalapak mencapai Rp 2,75 triliun.
Kemudian, total liabilitas pada tahun lalu naik 9,72% dari Rp 898,47 miliar pada 31 Desember 2019 menjadi Rp 985,82 miliar sepanjang 2020. Per kuartal I 2021, liabilitas perusahaan sebesar Rp 1,04 triliun.
Selanjutnya, pada 2020 Bukalapak juga mengalami kenaikan total ekuitas sebesar 39,18% menjadi Rp 1,61 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,16 triliun. Pada Maret 2021, total ekuitas perusahaan kembali meningkat menjadi Rp 1,71 triliun.
Dengan jumlah saham beredar sebanyak 77 miliar lembar maka nilai buku Bukalapak berada di angka Rp 22/unit, dan pasca IPO dengan menerbitkan 25,7 miliar lembar saham dengan asumsi harga penawaran Rp 850/unit maka nilai buku BUKA berpotensi naik ke angka Rp 229/unit sehingga BUKA akan melantai dengan valuasi harga saham dibandingkan dengan nilai buku (PBV) 3,7 kali.
Menariknya Indonesia akan kedatangan triliuner baru. Nantinya pasca IPO sang co-founder Bukalapak, Achmad Zaky yang menggengam 4,45 miliar lembar saham BUKA akan memiliki kekayaan total Rp 3,78 triliun.
Sebagai informasi, Bukalapak akan menggunakan 66% dari dana IPO untuk modal kerja, sementara sisanya untuk entitas anak yakni 15% untuk dialokasikan kepada PT Buka Mitra Indonesia, 15% untuk PT Buka Usaha Indonesia, dan 15% untuk Buka Investasi Bersama. Lalu 1% untuk PT Buka Pengadaan Indonesia, 1% untuk Bukalapak Pte Ltd dan 1% untuk PT Five Jack Indonesia.
Bukalapak sudah menyampaikan undangan paparan publik (public expose) dalam rangka IPO.
Dalam undangan yang disebar perusahaan kepada media massa, disebutkan public expose Bukalapak.com yang sudah menyematkan kata "Terbuka/Tbk" di belakang namanya itu akan dilakukan pada Jumat ini (9/7), mulai pukul 09.40-10.50 WIB secara live, termasuk siaran lewat akun Youtube Bukalapak.
Dalam keterangan tersebut, Bukalapak ternyata sudah menunjuk empat penjamin emisi (underwriter), terdiri dari penjamin emisi efek yakni PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan penjamin pelaksana emisi efek yakni PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas.
Masa penawaran awal (bookbuilding dalam penentuan harga) yakni 9-19 Juli, tanggal efektif dari OJK diharapkan pada 26 Juli dan masa penawaran umum pada 28-30 Juli. Adapun target tercatat di papan perdagangan atau listing di BEI pada 6 Agustus mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham