Melemah Tipis di Spot, Rupiah Stagnan Saja di Kurs Tengah BI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2021 15:29
Ilustrasi Dollar Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) stagnan di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga lesu di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (9/7/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.548. Sama persis dibandingkan posisi hari sebelumnya atau stagnan.

Di pasar spot, rupiah pun merah. Kala penutupan pasar, US$ 1 dihargai Rp 14.525 di mana rupiah terdepresiasi 0,03%.

Namun rupiah tidak sendiri, karena mayoritas mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya yuan China, dolar Hong Kong, rupee India, dan peso Filipina yang mampu menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:02 WIB:

Halaman Selanjutnya --> Corona di Asia Semakin Gila

Sepertinya investor sedang menerapkan social distancing terhadap pasar keuangan Asia. Penyebabnya adalah kekhawatiran akan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid) yang semakin ganas, seiring kehadiran varian baru yang lebih mudah menular.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di kawasan Asia Selatan dan Timur per 8 Juli 2021 adalah 35.611.538 orang. Bertambah 108.408 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah rekor tertinggi penambahan pasien harian sejak 11 Juni 2021.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien baru bertambah 89.815 orang. Lebih tinggi dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 88.215 orang setiap harinya.

Ini membuat sejumlah negara kembali mengetatkan aktivitas dan mobilitas warga. Di Indonesia, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di wilayah Jawa-Bali hingga 20 Juli 2021. Bahkan pemerintah akan mengumumkan cakupan PPKM Darurat diperluas ke wilayah lain.

Kemudian di Korea Selatan, pemerintah berencana menaikkan level pembatasan aktivitas ke tingkat tertinggi di wilayah ibu kota Seoul dan sekitarnya mulai pekan depan. Keputusan ini diambil setelah pada 8 Juli 2021 pasien positif corona di Negeri K-Pop bertambah 1.275 orang, rekor kasus harian tertinggi.

Tingkat tertinggi pembatasan aktivitas warga di Korea Selatan adalah level 4. Masyarakat diminta untuk benar-benar #dirumahaja, kecuali ada keperluan yang penting bin darurat. Sekolah pun ditutup, pertemuan di luar rumah dibatasi hanya boleh dua orang, bar dan tempat hiburan malam tidak boleh beroperasi, serta restoran dan kafe hanya boleh melayani pesan antar (delivery) dan dibawa pulang (takeaway).

Lalu di Vietnam, hari ini mulai berlaku pembatasan aktivitas yang lebih ketat di ibu kota Hanoi. Transportasi dari dan ke 14 provinsi dengan tingkat penularan tinggi ditiadakan untuk sementara. Warga diminta sebisa mungkin untuk #dirumahaja.

Berbagai dinamika ini membuat pelaku pasar ragu akan prospek ekonomi Asia. Akibatnya investor memilih bermain akan dengan menggenggam uang tunai. Tidak sembarang uang, tetapi dolar AS yang berstatus sebagai mata uang global.

Perburuan terhadap dolar AS membuat mata uang Negeri Paman Sam kian perkasa. Pada pukul 14:23 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,04%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat 2,59%.

So, wajar saja mata uang Asia melemah hari ini karena dolar AS memang terlalu kuat. Rupiah tidak luput menjadi korban keganasan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular