Review

Anyep! Ternyata 10 Saham Ini Ramai Dilego Asing sejak Januari

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 July 2021 08:35
Menara Astra international
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Mengacu pada daftar di atas, ada 6 saham yang ambles secara ytd seiring adanya net sell asing, sementara 4 sisanya tetap tumbuh di zona hijau.

Adapun saham emiten konglomerasi Grup Astra, ASII, menjadi yang paling sering dilego asing dengan nilai jual bersih mencapai Rp 1,5 triliun. Seiring dengan itu saham emiten yang menaungi sejumlah bisnis di bidang otomotif, alat berat, perkebunan hingga pertambangan ini ambles 18,67% sejak awal tahun ini.

Memang, sejak awal tahun saham ini cenderung bergerak 'menuruni bukit'. Setelah sempat naik ke Rp 6.800/saham pada 21 Januari 2021, saham ini terus tergerus hingga sempat ambles ke harga terendah secara ytd di Rp 4.710/saham. Adapun pada perdagangan terakhir, Rabu (7/7), saham ASII ditutup stagnan di Rp 4.900/saham.

Kinerja kuartal I 2021 ASII juga masih terdampak pandemi Covid-19. Pasalnya, laba bersih perusahaan di3 bulan pertama tahun ini menurun 22% menjadiRp 3,73 triliun,dibandingkan kuartal I-2020 senilai Rp 4,81 triliun.

Berdasarkan rilis resmi perusahaan, pada 21 April lalu, turunnyalaba Astra disebabkan merosotnya laba bersih hampir semua segmen bisnis Grup. Dari tujuh segmen bisnis perusahaan, hanya dua segmen yang mencatatkan kenaikan laba bersih.

Kedua segmen yang mampu mencatatkan laba tersebut ialah alat berat, pertambangan & energi dan segmen properti.

Laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat 3% menjadi Rp1,1 triliun. Sementara, segmen properti Astra juga melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 23% menjadi Rp 49 miliar.

Di posisi kedua ada saham emiten produsen mie instan dan makanan ringan Grup Salim, ICBP, yang mengalami aksi net sell asing sebesar Rp 1,3 triliun secara ytd.

Saham ICBP juga ikutan merosot sebesar 11,75% sejak awal tahun. Pada 19 Januari lalu saham ICBP sempat berada di posisi Rp 9.750/saham. Namun kemudian, saham ini cenderung melorot hingga pernah di level Rp 7.750/saham. Sementara, pada Rabu (7/7), saham ICBP ditutup naik tipis 0,60% ke Rp 8.450/saham.

Mirip dengan ASII, ICBP mengalami penurunan laba bersih di tengah peningkatan penjualan neto perusahaan sepanjang kuartal I tahun ini seiring pagabluk yang belum usai.

Laba bersih perusahaan turun 12,39% menjadi Rp 1,74 triliun per akhir Maret 2021 dari Rp 1,98 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara, penjualan dan pendapatan neto konsolidasi tumbuh 25,70% dari Rp 12,01 triliun pada 3 bulan pertama 2020 menjadi Rp 15,09 triliun pada triwulan pertama tahun ini.

Di bawah ICBP, ada saham emiten perunggasan sekaligus produsen produk makanan olahan brand Fiesta milik Keluarga Jiaravanon, CPIN, yang membukukan jual bersih asing sebesar Rp 630,0 miliar sejak awal tahun. Namun, tidak seperti saham ASII dan ICBP, saham CPIN berhasil naik 2,68% secara ytd.

Saham CPIN bergerak fluktuatif sejak awal tahun, dengan sempat di posisi tertinggi Rp 7.750/saham pada 15 April 2021 dan sempat di level terendah Rp 5.750/saham pada 29 Januari lalu. Pada penutupan kemarin, saham ini terapresiasi 1,13% ke Rp 6.700/saham.

Tidak seperti kinerja keuangan ASII dan ICBP yang tertekan, CPIN membukukan kenaikan laba bersih sampai 61,59% dari Rp 900,25 miliar pada periode kuartal I 2020 menjadi Rp 1,45 triliun per 3 bulan pertama tahun ini. Pendapatan usaha CPIN juga tumbuh 23,78% menjadi Rp 12,41 triliun pada triwulan I 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular