
Kabar Dicaplok Raksasa Japan Tobacco, Gudang Garam Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memastikan tidak terdapat pembicaraan mengenai merger akuisisi antara Gudang Garam dan Japan Tobacco sebagaimana yang berembus dalam beberapa waktu terakhir di pasar modal.
Hal itu ditegaskan manajemen emiten rokok asal Kediri Jawa Timur ini melalui surat dengan Nomor: S-04610/BEO.PP3/07/2021. Dalam surat itu, perseroan menegaskan hingga saat surat diterbitkan tidak ada pembicaraan terkait merger dengan Japan Tobacco atau perusahaan asing lainnya.
Klarifikasi ini diberikan Gudang Garam setelah sebelumnya beredar rumor bahwa raksasa tembakau asal Jepang akan mengakuisisi perusahaan rokok nasional tersebut dan Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mempertanyakan hal ini.
"Pemberitaan tersebut tidak memiliki dampak terhadap perseroan baik hukum keuangan dan operasional. Tidak ada pembicaraan mengenai M&A [merger dan akuisisi] dengan Japan Tobacco atau perusahaan asing lainnya," kata Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman, dikutip Rabu (7/7/2021).
Sebelumnya riset yang dipublikasikan CGS-CIMB Sekuritas Indonesia mencatat pelaku pasar memang tengah ramai membicarakan potensi GGRM menjadi subjek merger dan akuisisi oleh perusahaan asing.
"Kami mengeksplorasi alasan dari perspektif pembeli potensial serta apa yang mungkin mendorong keluarga [pendiri Gudang Garam] untuk menjual. Kami pikir Japan Tobacco (JT) adalah yang paling mungkin untuk membeli GGRM dari perspektif strategis serta mengenal baik keluarga pengendali GGRM," tulis riset CGS-CIMB Sekuritas Indonesia yang disampaikan di sejumlah forum analis, dikutip Senin (5/7).
Sekuritas ini pun menilai, JT punya kemampuan untuk membeli GGRM. Serangkaian aksi sejak 2009 menunjukkan GGRM telah 'diremajakan' secara operasional dan kini memiliki struktur keuangan yang lebih agresif.
"Mengakuisisi GGRM dapat menelan biaya sebanyak US$ 10-15 miliar [Rp 215 triliun, kurs Rp 14.300/US$] atau Rp 80.000-113.000 per saham," tulis sekuritas tersebut.
JT dinilai menjadi yang paling agresif, hal itu lantaran perusahaan tersebut telah mengakuisisi delapan perusahaan dalam 8 tahun terakhir. Akuisisi JT termasuk Mighty Corporation (pemain rokok nomor 2 di Filipina), Donskoy Tabak (pemain rokok terbesar di Rusia), dan Akij Group (pemain rokok terbesar kedua di Bangladesh).
Perlu diingat GGRM dan Japan Tobacco pernah memiliki hubungan yang harmonis. Pada 4 Agustus 2017, Japan Tobacco membeli anak perusahaan Gudang Garam.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Jepang, JT mengumumkan mengakuisisi 100% saham perusahaan rokok Indonesia yang merupakan anak usaha GGRM yaitu PT Karyadibya Mahardhika (KDM) dan distributornya PT Surya Mustika Nusantara (SMN) senilai US$ 677 juta atau saat itu setara Rp 9,02 triliun.
Pada penutupan perdagangan Rabu (7/7) di pasar modal, saham GGRM turun 1,39% ke level Rp 40.850/saham dengan kapitalisasi pasar 78,60 triliun. Dalam seminggu saham ini menyusut 7,58% dan selama sebulan tumbuh 24,26%.
Japan Tobacco Inc. disingkat JT merupakan perusahaan manufaktur rokok asal Japang yang diperdagangkan di Bursa Efek Tokyo (TSE). Saham JT merupakan salah bagian dari indeks Nikkei 225 dengan kapitalisasi pasar mencapai JPY 4,18 triliun atau setara Rp 543,4 triliun (kurs JPY 1 = Rp 130).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Digoyang Kabar Akuisisi Japan Tobacco, Saham GGRM Terkapar!