
Isu Akuisisi Japan Tobacco Belum Jelas, Saham GGRM Dibanting!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kembali ambles pada awal perdagangan Selasa ini (6/7) melanjutkan koreksi dalam yang terjadi di perdagangan Senin kemarin.
Data perdagangan menunjukkan, pada pukul 09.34 WIB, Selasa ini, saham GGRM minus 5,69% di Rp 41.450/saham dengan nilai transaksi Rp 84 miliar dengan volume perdagangan 2,03 juta saham.
Kemarin, saham emiten rokok asal Kediri Jawa Timur ini terkoreksi cukup dalam di tengah rumor akuisisi perusahaan oleh Japan Tobacco (JT).
Sampai sesi kedua perdagangan berakhir, Senin kemarin (5/7), harga saham GGRM anjlok 6,98% ke level Rp 43.950 per saham atau menyentuh batas auto reject bawah (ARB), setelah ditransaksikan sebanyak 6.376 kali dengan volume 2,06 juta saham senilai Rp 138,11 miliar.
Dengan koreksi hari ini, saham GGRM minus 4,71% sepekan, kendati masih menguat 25% dalam sebulan terakhir dengan kapitalisasi pasar Rp 80 triliun.
CNBC Indonesia sudah mengkonfirmasi mengenai rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar tersebut kepada Direktur GGRM, Istata Taswin Siddartha. Namun, sampai berita ini ditayangkan, Istata belum menjawab perihal akuisisi perusahaan oleh JT.
Isu mengenai GGRM yang menjadi target akuisisi perusahaan Jepang memang berhasil mengerek saham emiten rokok ini dalam beberapa waktu belakangan, kendati mulai 'dibanting' investor.
Hari ini bahkan asing jualan saham GGRM Rp 4 miliar di pasar reguler.
Berdasarkan riset terbaru yang dipublikasikan CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, pelaku pasar memang tengah ramai membicarakan potensi GGRM menjadi subjek merger dan akuisisi (M&A) oleh perusahaan asing.
"Kami mengeksplorasi alasan dari perspektif pembeli potensial serta apa yang mungkin mendorong keluarga [pendiri Gudang Garam] untuk menjual. Kami pikir Japan Tobacco (JT) adalah yang paling mungkin untuk membeli GGRM dari perspektif strategis serta mengenal baik keluarga pengendali GGRM," tulis riset CGS-CIMB Sekuritas Indonesia yang disampaikan di sejumlah forum analis, dikutip Senin (5/7).
Sekuritas ini pun menilai, JT punya kemampuan untuk membeli GGRM. Serangkaian aksi sejak 2009 menunjukkan GGRM telah 'diremajakan' secara operasional dan kini memiliki struktur keuangan yang lebih agresif.
"Mengakuisisi GGRM dapat menelan biaya sebanyak US$ 10-15 miliar [Rp 215 triliun, kurs Rp 14.300/US$] atau Rp 80.000-113.000 per saham," tulis sekuritas tersebut.
JT dinilai menjadi yang paling agresif, hal itu lantaran perusahaan tersebut sudah mengakuisisi delapan perusahaan dalam 8 tahun terakhir.
Akuisisi JT termasuk Mighty Corporation (pemain rokok nomor 2 di Filipina), Donskoy Tabak (pemain rokok terbesar di Rusia), dan Akij Group (pemain rokok terbesar kedua di Bangladesh).
"JT mendominasi pasar rokok Jepang dengan pangsa pasar 61,5% pada tahun 2016. Indonesia sebagai target layak berikutnya - siapa yang bersedia menjadi penjual sekarang?"
Perlu diingat GGRM dan Japan Tobacco punya hubungan harmonis. Pada 4 Agustus 2017, Japan Tobacco membeli perusahaan Gudang Garam.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Jepang, JT mengumumkan mengakuisisi 100% saham perusahaan rokok Indonesia yang merupakan anak usaha GGRM yaitu PT Karyadibya Mahardhika (KDM) dan distributornya PT Surya Mustika Nusantara (SMN) senilai US$ 677 juta atau saat itu setara Rp 9,02 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Digoyang Kabar Akuisisi Japan Tobacco, Saham GGRM Terkapar!
