Putar Otak, Bos BCA Beberkan Jurus Genjot Kredit Saat Pandemi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 July 2021 19:42
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (Tangkapan Layar Webinar)
Foto: Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (Tangkapan Layar Webinar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli sampai dengan 20 Juli mendatang dinilai akan berimplikasi pada penurunan aktivitas ekonomi, termasuk sektor perbankan.

Menghadapi situasi ini, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), sudah menyiasati strategi untuk tetap bisa menjalankan fungsi intermediasinya melalui kegiatan pameran yang diselenggarakan secara virtual, belajar dari penanganan pandemi tahun lalu.

Menurut Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, upaya ini dilakukan agar permintaan kredit baru tetap berjalan meskipun pemerintah membatasi kegiatan masyarakat melalui PPKM Mikro Darurat.

"Satu tahun harusnya sudah mulai berpikir bagaimana mengembangkan bisnis tanpa harus ada mobilitas yang banyak," kata Jahja, dalam paparannya di acara webinar bertajuk "Economic Outlook Prospek Ekonomi Pasca-Stimulus dan Vaksinasi, Selasa kemarin (6/7/2021).

Ia mencontohkan, di saat sebelum pandemi, penyaluran kredit konsumer seperti Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) bisa mencapai Rp 2 triliun setiap bulan. Namun, selama pandemi, permintaannya menurun secara drastis dan sempat menyentuh hanya Rp 90 miliar saja per April 2020.

Namun, setelah BCA melakukan kegiatan ekspo secara virtual, permintaan KKB perlahan meningkat dan bertahan ke angka Rp 800 miliar per bulan.

Jahja membeberkan, segmen kredit konsumer merupakan segmen yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Bila suku bunga rendah, maka permintaan akan cenderung meningkat.

Oleh sebab itu, perseroan memaksimalkan kebijakan suku bunga rendah yang diberlakukan Bank Indonesia (BI) untuk meningkatnya penyaluran kredit, terutama di segmen KPR (kredit pemilikan rumah) dan KKB.

Meski di segmen konsumer mulai menunjukkan perbaikan, Jahja mengakui, di masa pandemi Covid-19, banyak korporasi yang bisnisnya terpukul pandemi. Hal ini berimbas pada masih lesunya permintaan kredit modal kerja (KMK).

BCA turut mencatatkan penurunan penyaluran kredit modal kerja baru karena banyak perusahaan yang masih menahan ekspansi.

"Penggunaan kredit modal kerja sebelumnya 70% sekarang 60-65%. Bahkan mereka gunakan modal pribadi," kata Jahja.

Sampai dengan periode kuartal pertama di tahun ini, emiten bersandi BBCA ini tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp 586,8 triliun. Sedangkan, penyaluran kredit untuk korporasi mencapai Rp 262,6 triliun. Porsi penyaluran kredit terbesar selanjutnya disalurkan ke kredit komersial dan UKM sebesar Rp 178,9 triliun.

Pada perdagangan Rabu sore ini, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat saham BBCA ditutup naik 0,17% di Rp 30.325/saham dengan nilai transaksi Rp 216 miliar dengan volume perdagangan 7,12 juta saham.

Sepekan terakhir saham BBCA naik 0,66% dan sebulan terakhir perdagangan akumulatif saham bank milik Grup Djarum ini turun 7,12% dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yakni Rp 748 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Q3-2021, Laba Bersih BCA Tumbuh 15,8% (yoy) Jadi Rp 23,2 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular