
Saham BBCA Sentuh Rp 10.000 & Dekati ATH, Bakal Stock Split Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan paling 'jumbo' di Indonesia dari kapitalisasi pasarnya yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terpantau melonjak pada penutupan perdagangan Rabu (28/2/2024) kemarin dan kembali menyentuh level psikologis Rp 10.000 kemarin.
Hingga akhir perdagangan kemarin, saham BBCA melesat 1,27% ke posisi harga Rp 10.000/unit. Meski begitu, posisi ini bukan menjadi yang tertingginya pasca stock split. Adapun posisi rekor tertinggi pasca stock split di BBCA dicetak pada 20 Februari lalu di Rp 10.025/unit.
Namun begitu, bank swasta terbesar RI itu belum berencana untuk melakukan kembali stock split atau pemecahan saham.
Menurut Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, harga saham bank tersebut masih terjangkau oleh para investor ritel. Ia mengatakan yang perlu diperhatikan bagi investor ritel adalah likuiditas di pasar.
"Meskipun harga murah tapi kalau nggak liquid, kan juga repot. Justru itu kita menjaga likuiditas. Selama ini kita bersyukur likuiditas kita cukup baik, karena ini antara buah simalakama kita tahu ya, misalnya Rp10.000 itu nggak sampai 1 US dollar, jadi hanya sen dollar," jelasnya dalam YouTube Mirae Asset Sekuritas, dikutip Selasa (28/2/2024).
"Bagi investor asing, rese juga kalau terlalu sen-sen-an dollar, kan."
Jahja mengatakan penting bagi pihaknnya untuk menyeimbangkan harga bagi para investor retail dan asing. Harga saham di level 10.000 pun masih sejalan dengan keterjangkauan bagi para investor retail dan juga tidak terlalu kecil bagi para investor asing.
"Jadi kita in between lah, jadi saya pikir sementara ini sih ya belum ada pemikiran untuk kita lakukan semacam stock split lagi," pungkas Jahja.
Melihat rekam jejaknya, BCA sudah melakukan empat kali stock split. Sebanyak 3 kali, stock split dengan rasio 1:2, tepatnya pada tahun 2001, 2004, dan 2008.
Aksi stock splitpertama kali yang dilakukan BCA yakni pada 15 Mei 2001, dengan rasio 1:2, sehingga nilai nominalnya turun dari semula sebesar Rp 500 menjadi Rp 250, membuat jumlah saham beredar naik dari 2,94 miliar saham menjadi 5,88 miliar saham.
Berikutnya stock split kedua yakni pada 8 Juni 2004 dengan rasio 1:2 sehingga nominal kembali turun menjadi Rp 125 dan jumlah saham beredar naik menjadi 12,26 miliar saham.
Pada 2008, BBCA kembali memecah sahamnya dengan rasio yang sama yakni 1:2 sehingga nominal sahamnya menjadi Rp 62,5 dan jumlah saham beredar kembali naik menjadi 24,65 miliar saham.
Terakhir, BBCA melakukan stock split pada 2021, tepatnya pada 13 Oktober 2021. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), pemegang saham memberikan restu atas aksi korporasi stock split dengan rasio 1:5 (1 saham yang ada saat ini dipecah menjadi 5 saham baru).
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BCA Cetak Laba Rp 48 T, Sahamnya Malah Ambles 1,84%