
Pekan Lalu Diborong Direksi-Komisaris, Tapi Kok Saham BBCA Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan paling 'jumbo' di Indonesia dari kapitalisasi pasarnya yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terpantau merosot pada perdagangan sesi I Senin (25/3/2024), di mana pada hari ini merupakan periode ex-date dividen BBCA.
Per pukul 09:47 WIB, saham BBCA terpantau merosot 1,24% ke posisi Rp 9.975/unit. Saham BBCA pun keluar dari zona psikologis Rp 10.000/unit pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham BBCA pada sesi I hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 6.412 kali dengan volume sebesar 12,58 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 125,17 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 1.229,67 triliun.
Hingga pukul 09:47 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 9.900/unit, menjadi antrean beli paling banyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 69.901 lot atau sekitar Rp 69 miliar
Sedangkan di order offer atau jual, di harga Rp 10.000/unit, menjadi antrean jual terbanyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 108.169 lot atau sekitar Rp 108 miliar.
Pada hari ini merupakan periode ex-date di pasar regular dan negosiasi dari dividen tunai BBCA untuk tahun buku 2023, sehingga koreksi BBCA pun dinilai wajar karena banyak investor yang melepas saham BBCA.
Adapun untuk tanggal pembayaran dividen tunai BBCA akan dilaksanakan pada 4 April 2024, atau enam hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1445 H, sehingga dividen BBCA kali ini dapat menjadi pelengkap THR bagi para investor.
Sebelumnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) BBCA yang digelar pada 14 Maret lalu, Nilai dividen tunai per saham itu naik 31,7% dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2022.
Sementara itu, dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai sebesar Rp42,5 per saham atau setara Rp5,23 triliun yang telah dibayarkan oleh perseroan kepada para pemegang sahamnya pada Desember 2023.
Alhasil, sisa nilai dividen per saham yang akan ditebar BCA sebesar Rp 227,5 per saham. Berdasarkan jumlah saham beredar sebanyak 123,27 miliar lembar, maka nilai dividen tunai yang dibagikan BBCA mencapai Rp33,28 triliun.
Nilai dividen itu mencapai 68,47% dari laba bersih perseroan untuk tahun buku 2023. BBCA sendiri mencatatkan laba Rp 48,6 triliun sepanjang 2023, naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Di lain sisi, koreksinya BBCA juga terjadi setelah direksi dan komisaris memborong BBCA pada Jumat akhir pekan lalu. Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak tiga direktur dan satu komisaris secara kolektif memborong nyaris 1,5 juta saham BBCA di harga yang sama yakni Rp 10.107/saham.
Secara total nilai transaksi ini yang dilakukan pada Kamis 22 Maret lalu ini mencapai RP 14,48 miliar.
Head of ESG BCA, Linda Chandrawati mengungkapkan tujuan transaksi ini adalah untuk investasi jangka panjang dengan kepemilikan langsung oleh masing-masing petinggi perusahaan.
Linda tidak menjelaskan lebih rinci terkait pembelian saham yang dilakukan pada tanggal dan harga yang sama. Dirinya juga tidak menerangkan apakah ini bagian dari kompensasi atau program kepemilikan saham (MESOP) perusahaan. Sebagai informasi BBCA memiliki 15 orang direktur dan 5 komisaris.
Secara spesifik, Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja memborong 810.832 saham BBCA atau lebih dari setengah total kolektif saham BCA yang diborong oleh petinggi pada Kamis lalu. Pembelian itu dengan Rp 8,19 miliar.
Lalu ada Direktur BCA, John Kosasih dan Haryanto Tiara Budiman yang masing-masing memborong 226.215 saham dan 214.404 saham BBCA. Pembelian masing-masing setara Rp 2,29 miliar dan Rp 2,17 miliar.
Terakhir, ada Komisaris BCA, Tony Kusnadi yang memborong 181.699 saham BBCA dengan total nilai mencapai Rp 1,84 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BCA Cetak Laba Rp 48 T, Sahamnya Malah Ambles 1,84%