Cek Dulu 7 Kabar Penting Ini Sebelum Pilih Saham Beri Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 July 2021 08:30
Ilustrasi Bursa.
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski dilanda tekanan jual pelaku pasar asing yang cukup massif pada perdagangan Selasa kemarin, bursa saham domestik tetap bertahan di teritori positif.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), ditutup menguat sebesar 0,69% ke level 6.047,11 poin dengan nilai transaksi Rp 12,39 triliun. Pelaku pasar asing melakukan jual bersih senilai Rp 176,53 miliar.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Rabu (7/7/2021):

1. Grup Sandi-Edwin Dikabarkan Lego Saham TBIG

Sebanyak dua investor terbesar emiten menara telekomunikasi Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dikabarkan sedang dalam tahap penjajakan penjualan saham TBIG dengan nilai transaksi jumbo.

Bloomberg melaporkan, perusahaan private equity, Provident Capital Indonesia dan anak usaha perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya disebut telah meminta proposal kepada bank tentang kemungkinan transaksi saham ini menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut.

Seperti diketahui, mengacu struktur kepemilikan saham TBIG terbesar, efektif sampai dengan 30 April 2021, Wahana Anugerah Sejahtera yang dimiliki Saratoga menggenggam kepemilikan sebesar 34,23% saham TBIG. Kemudian, Provident Capital Indonesia memiliki 22,22%, sisanya pemegang saham publik 39,01% dan saham treasuri 4,52%.

2. Jokowi Restui Holding Ultra Mikro BUMN

Pemerintah akhirnya secara resmi merestui pembentukan BUMN Holding Ultra Mikro melalui Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2021 tentang penambahan penyertaan modal negara ke modal saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Penambahan modal ini dilakukan melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/rights issue) sesuai ketentuan pasar modal.

Penambahan modal ini berasal dari pengalihan seluruh saham Seri B milik negara kepada PT Pegadaian dan PT Permodalan Madani (PNM). Adapun penyertaan modal yang dilakukan sebanyak 6.249.999 saham seri B pada Pegadaian, dan 3.799.999 saham seri B pada PNM.

Dengan pengalihan saham Seri B ini maka negara melakukan kontrol terhadap Pegadaian dan PNM melalui kepemilikan saham Seri A dwi warna dengan kewenangan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Penyertaan modal ini juga membuat BBRi menjadi pemegang saham Pegadaian dan PNM.

3. OJK Bidik Fund Raising Pasar Modal Rp 180 T

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan nilai penghimpunan dana (fund raising) di pasar modal melalui penawaran umum akan mencapai Rp 150 triliun sampai dengan Rp 180 triliun di tahun ini atau naik kisaran 26-52% dari penggalangan dana di pasar modal tahun lalu mencapai Rp 118,7 triliun.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, sampai dengan 29 Juni 2021, nilai penawaran umum di pasar modal, baik melalui penawaran umum perdana (initial publik offering/IPO), rights issue (penerbitan saham baru), hingga penawaran umum surat utang (obligasi) mencapai Rp 67,8 triliun dari sebanyak 68 penawaran umum.

"Penghimpunan dana di pasar modal kami perkirakan akan meningkat Rp 150-180 triliun, berdasarkan yang dicapai sekarang dan pipeline cukup besar," kata Wimboh, dalam paparannya di acara webinar bertajuk "Economic Outlook Prospek Ekonomi Pasca-Stimulus dan Vaksinasi, Selasa (6/7/2021).

4. Diversifikasi Usaha, Bundamedik Targetkan Pertumbuhan 15-20%

PT Bundamedik Tbk (BMHS) menargetkan pertumbuhan bisnis 15-20% setiap tahunnya dan terus melakukan ekspansi usahanya. Salah satu upaya yang dilakukan yakni transformasi digital pada tiga pilar bisnis utama di Rumah Sakit Bunda, Klinik Bayi Tabung Morula dan Lab Diagnos.

Managing Director Bundamedik Nurhadi Yudiyantho mengatakan tahun ini perusahaan mendukung program pemerintah utk mengembalikan kesehatan masyarakat di pandemi Covid-19. Lab Diagnos pun menurutnya ikut berperan dalam pemeriksaan screening bagi penderita Covid-19 dan masyarakat.

"Kami harap dengan vaksinasi besar-besaran oleh pemerintah dan kami sangat mendukung program ini sehingga percepatan ini akan segera membuka kembali peluang usaha dan industri yang belum bisa berjalan jdi tahun ini. Kami harap ada perbaikan ekonomi yang bisa berdampak baik bagi pertumbuhan BMHS sendiri," kata Nurhadi dalam Profit CNBC Indonesia, Selasa (6/7/2021).

5. Transaksi Jumbo di Pasar Nego Saham AMRT

Di tengah apresiasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,12% diam-diam investor asing melakukan penjualan saham besar-besaran di emiten peritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) di pasar negosiasi.

Tercatat investor asing menggunakan broker PT CGS CIMB Sekuritas (YU) melakukan penjualan sebanyak 4,32 juta lot AMRT di harga rata-rata Rp 947,6/unit ke investor lokal yang menggunakan broker yang sama sehingga transaksi ini merupakan transaksi tutup sendiri alias crossing. Tercatat investor lokal menggelontorkan dana sebesar Rp 409 miliar untuk menebus transaksi ini.

Merespons adanya transaksi tersebut saham AMRT ditransaksikan menghijau kuat 6% di harga Rp 1.320/unit dengan nilai transaksi cukup jumbo yakni Rp 127 miliar dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 55 triliun.

6. Induk XL Axiata Disebut Bakal Caplok Link Net, Dijual Lippo?

Axiata Group Bhd., induk dari XL Axiata Tbk (EXCL), dikabarkan sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk membeli saham penyedia internet Indonesia PT Link Net Tbk (LINK).

Sumber Bloomberg yang terkait dengan transaksi ini mengatakan, diskusi mengenai akuisisi tersebut sedang berlangsung antara Axiata dan penjual potensial, perusahaan ekuitas swasta CVC Capital Partners dan PT First Media Tbk (KBLV), perusahaan induk LINK dan anak perusahaan konglomerasi Lippo Group milik keluarga Riady.

"Axiata sedang mempertimbangkan opsi pada struktur kesepakatan potensial termasuk membeli saham melalui unitnya di Indonesia, PT XL Axiata," tulis laporan tersebut, dikutip Selasa (6/7/2021).

7. Salim-Lippo Kepincut, Bisnis Data Center Diramal Tembus Rp9 T

Manajemen emiten penyedia layanan infrastruktur digital dan cloud (komputasi awan), PT Indointernet Tbk (EDGE), memperkirakan industri data center di Indonesia bisa tumbuh signifikan sampai dengan tahun 2025 dengan market size tembus US$ 618 juta atau setara dengan Rp 8,96 triliun (kurs 14.500).

Prospek itu disampaikan manajemen dalam paparan publik Indointernet atau Indonet, perusahaan digital yang dimiliki oleh pengusaha data center Otto Toto Sugiri dan kini sahamnya juga dipegang oleh investor Hong Kong, Digital Edge Ltd (DE) sebesar 59,1%.

Toto Sugiri juga memiliki perusahaan data center lainnya yakni PT Data Center Indonesia Tbk (DCII), saham paling fenomenal di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kenaikan mencapai 14.000 sejak mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI pada 6 Januari 2021.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular