Eric Murka Obat Mahal, Saham Farmasi Dilanda Profit Taking

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
06 July 2021 10:56
Menteri BUMN Erick Thohir, 7 Januari 2021/Syahrizal Sidik
Foto: Menteri BUMN Erick Thohir, 7 Januari 2021/Syahrizal Sidik

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten farmasi ambles di zona merah pada awal perdagangan hari ini, Selasa (7/6/2021). Para investor tampaknya melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah saham farmasi cenderung melonjak belakangan ini.

Kenaikan saham-saham farmasi akhir-akhir ini dipengaruhi oleh dua sentimen utama, yakni, pertama, terkait Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang baru saja mengumumkan akan segera melakukan uji klinis terhadap Ivermectin yang diproduksi Indofarma sebagai obat Covid-19.

Kemudian, sentimen kedua yang ikut menjadi penggerak saham-saham tersebut ialah mengenai kasus harian baru Covid-19 di Indonesia yang terus melonjak tinggi dalam sebulan terakhir.

Berikut gerak saham farmasi, pukul 09.55 WIB:

  1. Phapros (PEHA), saham -3,97%, ke Rp 1.210, transaksi Rp 337 juta

  2. Tempo Scan Pacific (TSPC), -2,62%, ke Rp 1.485, transaksi Rp 1 M

  3. Indofarma (INAF), -2,39%, ke Rp 3.270, transaksi Rp 4 M

  4. Kimia Farma (KAEF), -2,10%, ke Rp 3.270, transaksi Rp 10 M

  5. Itama Ranoraya (IRRA), -0,91%, ke Rp 2.180, transaksi Rp 35 M

  6. Kalbe Farma (KLBF) -0,72%, ke Rp 1.380, transaksi Rp 6 M

  7. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) -0,67%, ke Rp 745, transaksi Rp 577 juta

  8. Pyridam Farma (PYFA), 0,00%, ke Rp 1.000, transaksi Rp 572 juta

  9. Merck (MERK), +0,31%, ke Rp 3.200, transaksi Rp 135 juta

  10. Darya-Varia Laboratoria (DVLA), +1,64%, ke Rp 2.480, transaksi Rp 16 juta

  11. SOHO Global Health (SOHO), +3,41%, ke Rp 5.300, transaksi Rp 93 juta

Menurut data di atas, dari 11 saham yang diamati, 7 saham melemah, 1 saham stagnan dan 3 sisanya menguat.

Saham anak usaha KAEF, PEHA, menjadi yang paling ambles, yani 3,97% ke Rp 1.210/saham. Koreksi ini terjadi setelah saham PEHA mencatatkan reli penguatan selama 3 hari beruntun.

Dalam sepekan, saham PEHA menguat 3,81%, sementara dalam sebulan melonjak 5,13%.

Di posisi kedua ada saham TSPC yang melorot 2,30% ke Rp 1.490/saham, setelah kemarin naik 1,33%. Kendati melemah, dalam sepekan saham ini naik 2,76%, sementara dalam sebulan minus 2,30%.

Saham duo emiten pelat merah, INAF dan KAEF, juga ambles pagi ini. Saham INAF turun 2,39%, sementara KAEF tergerus 2,10%. Dalam sepekan terakhir kedua saham ini naik secara berturut-turut 1,88% dan 0,93%. Sementara, dalam sebulan belakangan saham INAF dan KAEF melonjak masing-masing 48,86% dan 35,12%.

Sementara, saham SOHO, misalnya, naik 3,41%, setelah kemarin stagnan di Rp 5.125/saham. Saham DVLA juga terapresiasi 1,64% ke Rp 2.480/saham, melanjutkan reli penguatan selama 4 hari beruntun.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengungkapkan Ivermectin segera dilakukan uji klinis sebagai obat covid-19. BPOM menerima Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK).

BPOM sebelumnya telah mengeluarkan izin edar Ivermectin namun sebagai obat cacing.

"Uji klinis sebagai obat Covid-19 segera dilakukan. Terima kasih untuk Bapak Menteri BUMN Erick Thohir yang punya concern akses penanganan obat covid-19," kata Penny dalam konferensi persnya bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Senin (28/6).

Selain itu, Indofarma memastikan sedang memproduksi obat ivermectin yang digunakan sebagai terapi Covid-19. Jumlahnya mencapai 4 juta tablet dan sudah dimulai sejak tanggal 20 Juni lalu.

"4 juta sudah mulai produksinya hari Senin kemarin. Kapasitas kami cukup besar, mengambil angka moderat 4 juta tablet perbulan," kata Direktur Utama Indofarma, Arief Pramuhanto, dalam Squawkbox, CNBC Indonesia, Rabu (23/6).

Sementara, pada Senin (5/7) kemarin, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengecek ketersediaan ivermectin di tiga apotek milik Kimia Farma di Jakarta. Dalam kesempatan itu, Erick mengecam lonjakan harga obat yang digunakan untuk terapi pencegahan dan penanganan Covid-19 beberapa waktu belakangan.

"Harga-harga di pasaran saat ini sangat menyakitkan hati rakyat di tengah kebutuhan yang tinggi dan banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Karena itu, saya perintahkan kepada Kimia Farma untuk segera memasarkan ivermectin dengan harga sesuai aturan Kemenkes dan BPOM dan hanya bisa diperoleh dengan resep dokter," ujar Erick.

Ia juga memerintahkan kepada Kimia Farma untuk melakukan pengawasan internal di BUMN dan berjanji akan menindak secara tegas tanpa pandang bulu serta mengecam setiap oknum Kimia Farma, Indofarma atau perusahaan BUMN yang menimbun demi memperoleh keuntungan pribadi.

Kasus Covid-19 tanah air tampaknya belum kunjung mereda, dan terus memecahkan rekor tertinggi. Pada Sabtu (3/7) kasus Covid-19 di tanah air mencapai angka tertinggi 27.913 kasus. Sementara hari berikutnya kasus baru juga masih belum menunjukan penurunan masih di 27.000.

Pada Senin (5/7) kemarin, Kementerian Kesehatan mencatat penambahan kasus Covid-19 sebanyak 29.745 dan menyentuh rekor tertinggi. Dengan begitu total kasus Covid-19 di tanah air mencapai 2.313.829 orang.

Sementara itu pasien yang sembuh dari penyakit ini bertambah 14.416 orang sehingga totalnya 1.942.690 orang. Adapun, kasus kematian akibat Covid-19 juga terus bertambah 558 sehingga totalnya 61.140 orang. Penambahan angka kematian ini pun menjadi rekor yang tertinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eits! PPKM Diperpanjang, Saham-saham Farmasi Unjuk Gigi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular