
Angkatan Corona Serbu Saham Rumah Sakit, Yuk Simak Kinerjanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam kurun waktu sepekan sampai sebulan terakhir saham-saham emiten pengelola rumah sakit (RS) cenderung diburu oleh para investor. Hal ini terjadi di tengah melonjaknya kasus harian Covid-19 di Indonesia yang beberapa kali mencetak rekor tertinggi sejak awal Juni lalu.
Pada Sabtu (3/7/2021) kasus Covid-19 di tanah air mencapai angka tertinggi 27.913 kasus. Sementara hari berikutnya kasus baru juga masih belum menunjukkan penurunan, yakni masih di angka 27.000 kasus.
Sementara pada Senin (5/7) kemarin, Kementerian Kesehatan mencatat penambahan kasus Covid-19 sebanyak 29.745, yang merupakan rekor tertinggi. Dengan begitu, total kasus Covid-19 di tanah air mencapai 2.313.829 orang.
Sementara itu, pasien yang sembuh dari penyakit ini bertambah 14.416 orang sehingga totalnya 1.942.690 orang. Sayangnya kasus kematian akibat Covid-19 juga terus bertambah 558 sehingga totalnya 61.140 orang. Penambahan angka kematian ini pun menjadi rekor yang tertinggi.
Seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19, persentase keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) mengalami peningkatan tajam selama bulan Juni. Kejadian ini terutama juga terjadi di Pulau Jawa.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia atau Persi, pada Senin (5/7), BOR di RS meningkat hingga 76% selama sebulan terakhir.
"Jumlah BOR meningkat sekali di Juni terutama di Pulau Jawa. Penambahan kapasitas sudah dilakukan, penambahan ruang baru, peluasan kapasitas, konversi tempat tidur, pemanfaatan IGD sebagai ruang rawat, penambahan tenda sebagai ruang sementara menunggu ruang rawat di dalam rumah sakit," kata Lia G. Partakusuma dari, dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, dikutip dari kanal Youtube DPR RI, Senin (5/7/2021).
Sebagaimana diketahui, hari ini, Senin (5/7) merupakan hari ketiga atas pemberlakuan PPKM Darurat. Sebelumnya, Menko Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengumumkan bahwa aturan ini mulai berlaku pada 3 Juli 2021 hingga 20 Juli 2021 untuk wilayah Jawa dan Bali.
Aturan ini dibuat guna menekan kasus Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan. Targetnya, penurunan penambahan kasus konfirmasi harian di bawah 10 ribu kasus per hari. PPKM Darurat tersebut akan mencakup 45 kabupaten-kota dengan nilai assesmen 4 dan 76 kabupaten-kota dengan nilai assesmen 3 di Pulau Jawa dan Bali.
Adapun saham-saham pengelola RS yang dimaksud ialah emiten pengelola RS Mayapada milik taipan Dato' Sri Tahir PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), pemilik RS Omni Hospitals yang dikuasai Grup Emtek PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), pengelola RS Hermina PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Kemudian, emiten pengelola RS Royal Prima PT Royal Prima Tbk (PRIM), pengelola RS Mitra Keluarga PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA), pengelola RS Siloam yang terafiliasi dengan Grup Lippo PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), dan pengelola jaringan RS Metro Hospital PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE).
Berikut laju saham ketujuh emiten di atas dalam sepekan dan sebulan terakhir.
Apabila menilik data di atas, 6 saham menunjukkan penguatan selama sepekan-sebulan belakangan, sementara 1 sisanya malah ambles. Saham SRAJ menjadi yang paling 'perkasa', dengan melonjak 20,42% dalam seminggu dan 'terbang' 106,02% dalam sebulan.
Adapun saham CARE malah 'loyo', dengan ambles 3,31% dalam sepekan, sementara turun 1,13% dalam sebulan.
Lalu, bagaimana dengan kinerja keuangan emiten rumah sakit tersebut selama kuartal I tahun ini?
Pada halaman selanjutnya,Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas kinerja fundamental ketujuh emiten di atas.
