OJK Sarankan Produk Asuransi Digital Lebih Sederhana

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
05 July 2021 15:17
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank, Anggota Dewan Komisioner OJK Riswinandi . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank, Anggota Dewan Komisioner OJK Riswinandi . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi mengatakan masyarakat Indonesia makin melek teknologi informasi dalam dunia asuransi sehingga total premi yang dibukukan insurtech (insurance technology) semakin bertambah di tahun lalu.

Selain itu adaptasi perusahaan asuransi terkait penggunaan teknologi digital, tidak hanya berhenti dalam proses pemasaran produk asuransi saja melainkan meningkatkan literasi. Riswinandi mengungkapkan dengan literasi asuransi yang agak tertinggal, maka produk yang ditawarkan secara digital pun sebaiknya lebih sederhana.

Dia mencontohkan fakta bahwa nasabah asuransi kerap tidak membaca syarat dan ketentuan berlaku. Alhasil, klaim yang dilakukan oleh peserta asuransi ada yang ditolak karena tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan.

"Dengan mempertimbangkan tingkat literasi asuransi masyarakat yang masih cukup jauh tertinggal jika dibandingkan dengan awareness dan pemahaman masyarakat terhadap produk atau layanan perbankan, maka produk asuransi yang dapat ditawarkan melalui jalur digital idealnya merupakan produk asuransi yang relatif sederhana," kata Riswinandi dalam program Insurance Week, Senin (5/7/2021).

Produk yang sebaiknya ditawarkan menurutnya yang lebih mengedepankan fitur proteksi atas risiko sehari-hari. Pasalnya, pada proses pemasaran produk secara digital biasanya meminimalisir komunikasi langsung antara tenaga pemasar perusahaan asuransi dengan calon konsumen.

Jika produk yang disusun terlalu rumit maka kemungkinan ada informasi yang tidak sampai pada calon konsumen. Sehingga produk asuransi yang ditawarkan secara digital harus menyesuaikan tingkat kompleksitas produk asuransi.

"Pemasaran menggunakan TI dapat menjangkau segmen yang lebih luas. Masyarakat kita yang melek TI sudah banyak. Selama 2020, total premi yang dibukukan oleh insurtech, atas penjualan produk Rp 811,71 miliar, atau 3-4% dari total premi yang dibukukan industri asuransi," kata Riswinandi.

Dia menilai, walau preminya masih kecil, tetapi ada prospek ke depan akan meningkat. "Ini mudah-mudahan akan bergulir dengan baik. Bila sebelumnya melalui agen broker dan bancassurance, pandemi jadi momentum jalur distribusi digital lebih memainkan peran dalam memasarkan produk asuransi," katanya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK Ramal Kanal Insurtech Bisa Geser Dominasi Bancassurance

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular