Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah grup konglomerasi raksasa di Tanah Air tercatat memiliki lini bisnis perbankan yang berfungsi untuk melengkapi ekosistem usaha mereka.
Bank-bank yang dimiliki oleh grup konglomerasi tersebut memiliki modal inti yang beragam, mulai dari bank BUKU 2 (modal inti Rp 1 - Rp 5 triliun), BUKU 3 (Rp 5 - 30 triliun), sampai BUKU 4 (lebih dari Rp 30 triliun).
Adapun grup konglomerasi yang dimaksud di atas ialah Grup Salim yang memiliki PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), Grup CT Corp dengan PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) atau Allo BankIndonesia, Grup MNC mempunyai PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), Grup Lippo dengan PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU).
Selanjutnya, Grup Djarum yang menguasai PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Grup Sinar Mas dengan PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM), Grup Mayapada dengan PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA).
Sebagai tambahan, bankir kawakan Jerry Ng dan mitranya, serta pendiri perusahaan investasi Northstar Pasific Patrick Walujo memiliki PT Bank Jago Tbk(ARTO).
Di antara bank-bank tersebut, ada yang sudah sejak lama dimiliki oleh grup, seperti Bank Mayapada yang didirikan pada 1989 oleh taipan Dato 'Sri Tahir. Ada pula yang baru 'dicaplok', misalnya BBHI yang resmi jadi milik Grup CT Corp pada tahun ini.
Sejumlah bank grup konglomerasi tersebut berencana melakukan aksi korporasi. Sebut saja, BINA dan BBHI yang berencana melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) aliasrights issue.
Selain itu, BABP yang baru-baru ini resmi mendapatkan lisensi digital onboarding dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Lantas, bagaimana pergerakan saham-saham bank tersebut selama sebulan terakhir?
Pada halaman berikutnya, Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan tabel dan akan membahas secara singkat kinerja saham bank-bank yang dimaksud. Hanya saja konglomerasi milik negara yakni bank BUMN belum dimasukkan dalam daftar ini.
NEXT: Begini Rapor Bank-bank Konglomerasi
Apabila menilik tabel di atas, saham BINA yang dikuasai bos besar Indofood Anthoni Salim menjadi yang paling 'terbang' dalam sebulan terakhir, yakni mencapai 223,19%. Bahkan, saham ini sempat melaju kencang di zona hijau selama 10 hari beruntun, yakni pada 11-24 Juni.
Di posisi kedua ada saham bank besutan pengusaha Chairul Tanjung, BBHI, yang dalam sebulan belakangan melonjak setinggi 144,70%. Mirip dengan saham BINA, saham BBHI juga sempat mencatatkan reli penguatan selama 5 hari beruntun dalam 30 hari terakhir, yakni pada 7-11 Juni.
Kenaikan kedua saham tersebut tak lepas dari kedua taipan yang siap menyuntikkan dana ke kedua emiten tersebut melalui mekanismerights issue.
Tercatat BBHI berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 7.498.501.696 saham baru atau sebesar 179,20% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh perseroan dengan nominal Rp 100/saham dengan harga penebusan yang sama.
PT Mega Corpora selaku pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 73,71% akan mengambil bagian seluruh HMETD yang menjadi haknya dan siap menjadi pembeli siaga dalam aksi korporasi HMETD kali ini.
Adapun tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD di pasar reguler adalah di tanggal 8 Juli 2021 sedangkan periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD dimulai dari tanggal 14 Juli hingga 21 Juli 2021 dengan penjatahan saham baru paling lambat di tanggal 26 Juli 2021.
Sementara, BINA juga berencana melakukan aksi korporasi yang serupa yang mana BINA akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthony Salim, selakuultimate shareholderberpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.
Di posisi ketiga ada saham BABP yang terkerek 43,75% dalam sebulan terakhir. Pada perdagangan Rabu (30/6) kemarin, saham BABP ditutup naik 0,73% ke Rp 276/saham.
Sentimen yang ikut mendorong saham BABP akhir-akhir ini ialah kabar bank yang telah resmi mendapatkan lisensi digital onboarding dari OJK.
Lisensi ini memungkinkan MNC Bank untuk sepenuhnya mendigitalisasi pembukaan rekening simpanan (digital onboarding) dan mendigitalisasi layanan perbankannya dengan sebutan Motion Banking by MNC Bank. Pada April lalu, Bank MNC memang sudah mengajukan izin digital onboarding untuk aplikasi Motion kepada OJK.
Selain itu, menguatnya saham BBHI, BINA, dan BABP akhir-akhir ini akibat tersengat oleh sentimen akan segera dirilisnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai bank digital pada pertengahan tahun ini.
"Saat ini OJK tengah dalam proses penyusunan POJK Bank Umum yang mengakomodasi terbentuknya bank digital, baik itu bank digital by analog atau bank konvensional yang memberikan layanan digital, ataupun entitas yang terlahir sebagai bank digital (full digital bank). RPOJKBank Umum ini diperkirakan akan terbit pertengahan tahun 2021," terang Juru Bicara OJK, Sekar Putih Djarot.
TIM RISET CNBC INDONESIA