
Archi Pendatang Baru di Bursa RI, Semenarik Apa Saham Emas?

Apabila menilik data di atas, saham BRMS menjadi saham yang paling melonjak, baik secara sebulan maupun ytd. Dalam sebulan, saham ini melesat 26,04%, sementara sejak awal tahun melejit 51,57%.
Salah satu sentimen yang ikut 'menggoreng' saham ini akhir-akhir ini ialah adanya kabar di kalangan pelaku pasar soal masuknya Grup Salim ke saham tersebut.
Sebenarnya isu tersebut sudah terdengar sejak beberapa bulan lalu. Menurut pemberitaan CNBC Indonesia, pada 21 Mei lalu, menanggapi isu tersebut Direktur perusahaan Herwin W. Hidayat kala itu menyebutkan masih memantau pelaksanaan rights issue perusahaan.
Mengenai kinerja fundamental, laba bersih BRMS melesat 220% secara tahunan (year-on-year/YoY) sepanjang 2020 menjadi US$, 4,04 juta, dibandingkan laba 2019 senilai US$ 1,26 juta. Laba bersih ini ditopang oleh peningkatan pendapatan perusahaan, yang melesat 87% menjadi US$ 8,3 juta dibandingkan 2019 senilai US$ 4,46 juta.
Direktur Utama BRMS Suseno Kramadibrata mengatakan sekitar 54% dari pendapatan perusahaan atau senilai US$ 4,48 juta berasal dari penjualan emas.
Di posisi kedua, ada saham MDKA yang berhasil terkerek 5,93% dalam sebulan dan terdongkrak 17,70% secara ytd. Namun, sepanjang tahun lalu, kinerja keuangan Merdeka Copper tertekan. Merdeka Copper mencatatkan laba bersih sebesar US$ 36,19 juta atau setara dengan Rp 521,14 miliar sepanjang tahun 2020, dengan asumsi kurs Rp 14.400 per US$.
Nilai tersebut anjlok 48,57% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 70,83 juta atau sekitar Rp 1,01 triliun. Sejurus dengan itu, pendapatan usaha MDKA mengalami penurunan sebesar 20,14% menjadi US$ 321,86 juta atau setara Rp 4,63 triliun dari sebelumnya US$ 402,03 juta.
Kemudian, saham ANTM yang malah anjlok 9,39% dalam sebulan, tetapi masih melonjak 14,73% sejak awal tahun. Sepanjang tahun lalu, laba bersih perusahaan meroket hingga 492,90% menjadi Rp 1,14 triliun.
Padahal kinerja pendapatan Antam mengalami penurunan 16,33% YoY menjadi senilai Rp 27,37 triliun dari posisi 31 Desember 2019 yang senilai Rp 32,71 triliun. Khusus pos emas, penjualan emas 2020 turun sebesar 36% dari tahun sebelumnya yakni sebesar 34.023 kg. Sedangkan, dari sisi produksi juga terkoreksi 17% dari tahun sebelumnya yakni 1,963 kg dari tambang yang sama.
Di bawah ANTM, ada saham UNTR, yang menjadi paling ambles di antara yang lainnya, dengan melorot 9,39% dalam sebulan dan anjlok sedalam 23,87% secara ytd. Kinerja keuangan UNTR juga tidak menggembirakan sepanjang 2020. Pendapatan perusahaan turun 28,5% menjadi Rp 60,35 triliun. Seiring dengan itu, laba bersih perseroan pun terjun 46,9% menjadi RP 6 triliun pada 2020 dari sebelumnya Rp 11,31 triliun pada 2019.
Terakhir, karena saham ARCI baru 'manggung' selama 2 hari, jadi kinerja bulanan dan ytd tidak bisa dihitung. Kinerja saham emiten yang menerapkan mekanisme electronic bookbuilding atau (E-IPO) ini tidak 'seheboh' saham-saham IPO lainnya. Biasanya, saham yang baru IPO cenderung langsung melonjak dan menyentuh batas auto rejection atas (ARA) pada hari pertama sampai beberapa hari setelah melantai.
Namun, saham ARCI malah 'loyo' sejak hari pertama. Pada Senin (28/6), saham ini ditutup menguat tipis 0,67% ke Rp 755/saham, setelah pada awal perdagngan sempat melejit 10%. Pada hari kedua, atau Selasa (29/6) kemarin, saham ARCI malah ambles 2,65% ke Rp 735/saham.
Dari sisi kinerja, hingga akhir Desember 2020 perusahaan mengantongi pendapatan US$ 393,30 juta (Rp 5,70 triliun, kurs Rp 14.400/US$), naik 2,50% secara yoy dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 383,69 juta.
Sedangkan laba bersih perusahaan di periode tersebut mencapai US$ 123,33 juta (Rp 1,78 triliun), tumbuh 32,62% YoY dari posisi US$ 92,99 juta di akhir 2019.
Prospek Archi pun tampaknya cerah dalam beberapa waktu ke depan. Ini mengingat Archi tercatat menggenggam kepemilikan sebesar 100% saham di proyek tambang emas dan perak Toka Tindung di Sulawesi Utara.
Asal tahu saja, tambang emas Toka Tindung terdiri dari dua Kontrak Karya jangka panjang yang meliputi wilayah seluas 39.817 hektar. Kontrak Karya-Kontrak Karya tersebut berlaku sampai dengan tahun 2041 dan dipegang oleh anak usaha Archi, MSM dan TTN.
Menurut prospektus perusahaan, berdasarkan penilaian dari SRK Consulting (Australasia) Pty Ltd, tambang emas Toka Tindung memiliki Sumber Daya Mineral sekitar 145,8 juta ton dari 1,2 g/t emas yang mengandung sekitar 5,5 juta ons emas, yang mana merupakan cadangan bijih emas Yang Sudah Terbukti dan Terkira, dan rata-rata kadar emas sebesar 1,2 g/t emas yang mengandung sekitar 3,9 juta ons emas.
Hingga saat ini, baru kurang dari 10% dari wilayah konsesi Archi yang telah dilakukan kegiatan eksplorasi dan pertambangan. Artinya, masih ada 90% yang belum dieksplorasi dan ditambang.
Sebagai informasi, kegiatan-kegiatan operasi di Tambang Emas Toka Tindung telah dilakukan sejak tahun 2009, dengan produksi komersial pertama pada bulan April 2011 dan produksi setahun penuh pertama terjadi pada tahun 2012. Archi sendiri telah berhasil melakukan kegiatan eksplorasi sejak tahun 2010.
Apabila melihat kinerja keuangan dan prospek bisnis Archi ke depannya, tentu kehadiran Archi di bursa merupakan sinyal penting bagi para raksasa emiten emas lainnya, yang dibekingi mulai dari Grup Saratoga, Grup Astra sampai BUMN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)[Gambas:Video CNBC]
