Singapura Mau Perlakukan Covid Kayak Flu Biasa, Dolarnya Jaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2021 13:45
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ilustrasi Dolar Singapura (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Beda nasib soal pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) ternyata ikut mempengaruhi mata uang kedua negara.

Pada Senin (28/6/2021) pukul 12:12 WIB, SG$ 1 dibanderol Rp 10.765,57. Rupia melemah 0,23% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,65% di hadapan mata uang Negeri Singa. Dalam sebulan terakhir, pelemahan rupiah mencapai 1,6%.

Sepertinya investor mengapresiasi penganan pandemi virus corona di Singapura. Belum lama ini, pemerintah Singapura sempat menerapkan karantina wilayah (lockdown) untuk mempersempit ruang gerak penularan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Hasilnya lumayan oke.

Per 25 Juni 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di Singapura adalah 62.493 orang. Bertambah 23 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien baru bertambah 18 orang per hari. Turun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 21 orang.

Singapura bahkan sudah menyiapkan langkah radikal yaitu 'berdamai' dengan virus corona. Dalam cetak biru rencana pemerintah, diketahui bahwa virus corona nantinya akan disamakan dengan flu biasa. Setiap orang bisa terserang flu, sebagian besar bisa sembuh tetapi memang berakibat fatal bagi sebagian kecil kelompok dengan risiko.

"Kemungkinan sakit parah karena flu sangat rendah, jadi kita bisa hidup dengan itu. Masyarakat bisa tetap beraktivitas meski sedang musim flu, tentunya dengan bekal vaksinasi.

"Oleh karena itu, kita bisa melakukan hal yang sama untuk Covid-19. Kita tidak akan bisa memusnahkannya, tetapi kita bisa mengubah pandemi menjadi lebih tidak menakutkan. Seperti flu, penyakit mulut dan kuku, atau cacar air, kita tetap bisa hidup normal.

"Inilah rencana kami dalam beberapa bulan ke depan, kami sudah punya rencana. Vaksinasi adalah kunci pertama," papar Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Singapura Lawrence Wong, serta Menteri Kesehatan Singapura On Ye Kung, dalam tajuk yang diterbitkan The Straits Times.

Halaman Selanjutnya --> Di Indonesia, Corona Malah Makin 'Gila'

Di Indonesia, yang terjadi malah sebaliknya. Virus corona belum mau diajak berdamai, bahkan semakin mengamuk.

Kementerian Kesehatan melaporkan, pasien positif corona per 27 Juni 2021 berjumlah 2.115.304 orang. Bertambah 21.342 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak pasien pertama diumumkan pada 1 Maret 2020.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 14.568 orang per hari. Melonjak lebih dari dua kali lipat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.808 orang setiap harinya.

Apabila pandemi virus corona semakin tidak terkendali, maka masa depan ekonomi Indonesia bakal sangat tidak pasti. Soalnya, pengetatan aktivitas dan mobilitas publik akan membuat 'roda' ekonomi tidak bisa berputar cepat.

"(Kasus Covid-19) Jakarta cukup tinggi dan beberapa daerah. Ini akan mempengaruhi kuartal II karena sampai Juni. Jadi Covid-19 harus dikendalikan. Kalau tidak, maka kita tidak akan bisa menormalisasi apapun, pendidikan, kegiatan keagamaan, dan lain-lain," papar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, baru-baru ini.

Ketidakpastian ini membuat investor (terutama asing) ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 259,58 miliar di pasar reguler pada Sesi I. Tanpa dukungan arus modal masuk, rupiah sulit untuk berbuat banyak.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Rupiah Bersiap Melemah 5 Hari Beruntun Lawan Dolar Singapura

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular