
Corona di Negeri Ini Ngeri, Mata Uangnya kok Terbaik Dunia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti di Indonesia, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) meledak di Negeri Samba, Brasil. Bahkan lonjakan kasusnya jauh lebih mengerikan, menembus 100.000 per hari.
Meski demikian, nilai tukar real Brasil justru terus menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS), sementara rupiah justru terus mengalami pelemahan.
Real kini menjadi mata uang terbaik dunia melawan dolar AS. Melansir data Refinitiv, pada Kamis (25/6/2021) kemarin real mengakhiri perdagangan di level 4,9137/US$, yang merupakan level terkuat sejak 10 Juni 2020 lalu.
Sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YtD) hingga Kamis kemarin, riyal menguat lebih dari 4,6% menjadi yang terbesar dibandingkan mata uang lainnya.
![]() |
Di urutan kedua ada hryvnia Ukraina, dan dolar Kanada melengkapi 3 besar. Sementara rupiah yang melemah lebih dari 2,5% berada di urutan ke 25.
Real Brasil di pekan ini mengalami penguatan lebih dari 3% melawan dolar AS, yang mempertebal kinerjanya secara YtD. penguatan tajam tersebut bahkan terjadi saat penambahan kasus Covid-19 per harinya mencatat rekor tertinggi selama pandemi.
Pada Rabu (23/6/2021) negerinya pesepak bola dunia, Neymar ini melaporkan penambahan kasus baru sebanyak 115.228 orang hanya dalam sehari.
Total kasus Covid-19 di Brasil saat ini sebanyak 18,24 juta orang, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, di bawah Amerika Serikat dan India.
Dari total kasus tersebut, sebanyak 509.282 meninggal dunia, 16.511.701 orang sembuh, sehingga kasus aktif saat ini sebanyak 1.222.500 orang.
Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia. Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan, total pasien positif corona di Indonesia per 24 Juni 2021 berjumlah 2.053.995 orang. Bertambah 20.574 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret 2020.
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia saat ini sebanyak 2.053.995, dengan 55.949 meninggal dunia dan 1.826.504 sembuh. Kasus aktif tercatat sebanyak 171.542 orang.
Meski lonjakan kasus Covid-19 di Brasil jauh lebih "horor" ketimbang Indonesia, tetapi dari segi vaksinasi jauh lebih unggul. Berdasarkan data dari Our World In Data, hingga saat ini sebanyak 12% dari total populasi Brasil sudah mendapat vaksinasi penuh, sementara Indonesia baru 4,6% saja.
Sedangkan jumlah warga sudah mendapat vaksinasi tetapi belum penuh di Brasil sebanyak 20%, sementara di Indonesia hanya 4,3%.
![]() |
Populasi penduduk di Indonesia memang lebih banyak ketimbang Brasil. Di tahun 2019, jumlah penduduk Indonesia sudah lebih dari 270 juta jiwa, sementara Brasil sekitar 211 juta jiwa. Tetapi jika dilihat vaksinasi per 100 penduduk, Indonesia juga masih ketinggalan.
Data dari Our World in Data menunjukkan per 100 penduduk sebanyak 43,09 susah mendapat sekali suntikan vaksin, sementara di Indonesia baru sebanyak 13,53.
Vaksinasi yang cukup cepat di Brasil tersebut membuat mata uangnya mampu menguat. Tetapi bukan itu yang membuat real menjadi juara mata uang di pertengahan tahun ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ini Yang Membuat Real Brasil Jadi Mata Uang Terbaik Dunia
Bank sentral Brasil (Banco Central do Brasil/BCB) yang menaikkan suku bunga secara agresif merupakan faktor dibalik penguatan tajam real. Tidak tanggung-tanggung, baru separuh tahun berjalan BCB sudah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali, dan pengetatan moneter tersebut masih akan berlanjut.
Sementara bank sentral AS (The Fed), baru akan menaikkan suku bunga pada tahun 2023, sehingga selisih imbal hasil menjadi semakin melebar, daya tarik real pun meningkat.
Agresivitas BCB tidak hanya dari jumlah kenaikan suku bunga, tetapi juga dari persentase kenaikannya. Setiap kali menaikkan suku bunga, BCB menambah 75 basis poin (0,75%), sehingga total dalam tiga kali kenaikan sebesar 2,25%.
Sebelum mulai menaikkan suku bunga pada Maret lalu, suku bunga BCB sebesar 2% yang merupakan rekor terendah sepanjang sejarah. Setelah 3 kali kenaikan, suku bunga menjadi 4,25%.
Tidak sampai di sana, real mencatat penguatan lebih dari 3% di pekan ini setelah rilis notula BCB mengindikasikan suku bunga akan naik 100 basis poin (bps) atau 1% di rapat kebijakan moneter selanjutnya, berdasarkan laporan Reuters.
Dalam notula tersebut disebutkan, para anggota dewan BCB memperkirakan masih perlunya kenaikan suku bunga dengan persentase yang sama atau lebih besar lagi pada rapat kebijakan moneter bulan Agustus mendatang.
Jika benar kenaikan 100 bps dilakukan, maka suku bunga di Brasil akan menjadi 5,25%, level tertinggi sejak Oktober 2019, sebelum periode penurunan suku bunga dimulai akibat pandemi Covid-19.
Agresifnya kenaikan suku bunga tersebut dilakukan guna meredam kenaikan inflasi.
"Kuatnya tekanan inflasi terbukti lebih besar dari yang sebelumnya diperkirakan," tulis BCB dalam rilisnya.
Inflasi di Brasil di bulan Mei mencapai 8,06% year-on-year (YoY), sangat jauh dari target BCB 2,25% hingga 5,25%.
Perekonomian Brasil di tahun 2020 mengalami kontraksi 4,1% akibat pandemi Covid-19, memaksa BCB memangkas suku bunganya hingga ke rekor terendah. Tetapi kontraksi tersebut ternyata tidak seburuk prediksi, dan diikuti pertumbuhan yang lebih tinggi dari proyeksi di tahun ini.
Polling terbaru yang dilakukan BCB terhadap para analis menunjukkan perekonomian Brasil diprediksi tumbuh 4,85% di tahun ini, jauh lebih tinggi dari proyeksi 2 bulan lalu sebesar 3,04%.
Alhasil, dengan suku bunga rendah dan pemulihan ekonomi yang lebih cepat inflasi di Brasil juga melesat. Kenaikan suku bunga memang efektif meredam inflasi, tetapi di sisi lain akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Sebab, suku bunga kredit akan menjadi lebih tinggi, yang tentunya menghambat ekspansi bisnis dunia usaha.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Real Brasil, Mata Uang Terbaik Dunia di Semester I-2021