
Produksi Industri Singapura Meroket 30%, Dolarnya Makin Mahal

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura lagi-lagi menunjukkan tanda kebangkitan perekonomian, data produksi industrinya melesat tinggi di bulan Mei. Meski demikian, nilai tukar dolar Singapura hanya menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Jumat (25/6/2021).
Pada pukul 13:20 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.749,4, dolar Singapura menguat tipis 0,03% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Data dari Singapura hari ini menunjukkan produksi industri meroket 30% di bulan Mei dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Hingga Mei, produksi industri mencatat kenaikan selama 7 bulan beruntun.
Kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 9% YoY, dan juga konsensus di Trading Economics sebesar 23,6%.
Tingginya produksi industri tersebut terjadi akibat low base effect, sebab pada tahun lalu Singapura menerapkan lockdown atau yang disebut circuit breaker guna meredam penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19).
Sementara dibandingkan bulan April lalu atau month-on-month (MoM) produksi industri naik 7,2%.
Selain itu, di pekan ini rilis data inflasi Singapura menunjukkan kenaikan hingga ke level tertinggi nyaris 8 tahun terakhir. Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura melaporkan inflasi bulan Mei sebesar 2,4% YoY, naik dari bulan sebelumnya 2,1%, dan lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi 2,2%.
Inflasi bulan Mei tersebut menjadi yang tertinggi sejak November 2013.
Sementara inflasi inti di bulan Mei dilaporkan tumbuh 0,8% dari Mei 2020. Inflasi inti tersebut kini sudah naik 4 bulan beruntun, dan berada di level tertinggi sejak Juni 2019.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) menggunakan inflasi inti ini, yang tidak memasukkan sektor transportasi dan akomodasi dalam perhitungan, sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan moneter. Sepanjang tahun ini, inflasi inti diperkirakan akan tumbuh 0% hingga 1%.
Pada pekan lalu, data dari Singapura juga menunjukkan kebangkitan perekonomian pasca dihantam pandemi Covid-19. Ekspor non-minyak Singapura di bulan Mei melesat 8,8% YoY, lebih tinggi dari kenaikan bulan sebelumnya 6% YoY.
Barang non-elektronik menjadi pendorong pertumbuhan ekspor Singapura di bulan Mei. Tercatat, ekspor non-elektronik naik 8,1% dibandingkan kenaikan bulan sebelunmnya 4,7%.
Jika dilihat lebih detail lagi, ekspor mesin meroket 58%, menjadi yang terbesar dari barang non-elektronik, disusul petrokimia 56%.
Peningkatan tajam ekspor Singapura menjadi indikasi perekonomian global sudah mulai membaik, setelah dihantam pandemi Covid-19.
Ekspor sangat penting bagi Singapura, karena merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB).
Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai pulih, maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
