
Gegara Corona, Pengembang Properti Tunda Proyek High Rise

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pengembang properti memilih strategi menunda proyek bangunan vertikal atau high rise building. Selain karena peminat yang belum pulih di sektor ini akibat pandemi Covid-19, sektor high rise building juga lebih berisiko.
Oleh karena itu sejumlah pengembang memilih untuk fokus pada rumah tapak (landed house). PT Intiland Tbk (DILD) misalnya cenderung menunda proyek high rise karena permintaan yang masih lemah akibat pandemi.
"Jadi memang dengan adanya Covid-19, beberapa proyek mesti kita planning ulang. Kita menunda proyek yang risikonya cukup tinggi, seperti high rise, demandnya belum cukup kuat," kata Direktur Intiland, Archied Noto Pradono, Selasa (22/6/2021), dalam paparan publik perseroan.
Archied menjelaskan pandemi Covid -19 yang terjadi sejak bulan Maret 2020 membawa dampak signifikan terhadap perekonomian secara luas, termasuk terhadap sektor properti nasional. Kondisi tersebut juga secara langsung menyebabkan penurunan kinerja usaha perseroan, terutama diakibatkan anjoknya angka penjualan.
Pasar properti, kata dia, mengalami kontraksi akibat turunnya permintaan dan pembelian properti dari masyarakat.
"Konsumen dan investor properti cenderung mengambil sikap untuk menunda pembelian dan menunggu terjadinya perubahan situasi," ujarnya.
Namun dia meyakini, seiring adanya vaksinasi dan sejumlah insentif akan kembali menggairahkan sektor ini.
Perseroan akan mengalokasikan belanja modal tidak kurang dari Rp 1 triliun untuk pengembangan proyek terutama rumah tapak. Adapun, prapenjualan ditargetkan akan mencapai Rp 2 triliun sampai dengan akhir tahun ini.
Sampai dengan kuartal pertama tahun ini, DILD tercatat membukukan marketing sales senilai Rp 310 miliar, naik 166% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Jumlah tersebut belum termasuk kontribusi dari pendapatan berkelanjutan yang mencapai Rp 176 miliar yang berasal dari segmen properti investasi, seperti perkantoran sewa dan pengelolaan lapangan golf dan sarana olahraga.
Sementara itu, emiten pengembang properti, PT Triniti Dinamik Tbk (TRUE) yang baru-baru ini mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO), juga berencana membangun proyek rumah tapak (landed) house.
Presiden Direktur Triniti Dinamik, Samuel Stephanus Wang mengungkapkan, pengembangan rumah tapak tersebut sebagai strategi diversifikasi yang dilakukan perseroan mengingat bisnis utama TRUE saat ini adalah properti high rise building.
"IPO Triniti terlaksana dengan baik, dana yang kami harapkan dari IPO. Sebagian besar Rp 90 miliar untuk pengembangan proyek di Batam membangun landed house," kata Samuel, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia di program Squawk Box, Kamis (10/6/2021).
Bendahara Real Estate Indonesia (BEI) ini juga menuturkan, membangun rumah tapak punya keunggulan fleksibilitas dari sisi anggaran, karena bisa membangun klaster sesuai dengan unit yang sudah dipesan. Berbeda dengan apartemen di high rise building yang harus menyelesaikan satu gedung secara penuh.
"Triniti Dinamik selama ini mengembangkan high rise, bangunan tinggi yang juga high risk. Kalau penjualan hanya setengah, kami harus menyelesaikan seluruh bangunan. Kalau rumah tapak bisa bangun satu klaster dulu, perlu ada diversifikasi," ujarnya lagi.
Samuel menambahkan, adanya diskon PPN bagi sektor properti turut memberikan dampak positif bagi penjualan. TRUE mencatat, sejak Januari sampai dengan Mei, penjualan tercatat mengalami pertumbuhan 300%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Properti Ini Lepas Saham DILD, Ternyata Ini Tujuannya!
