
Bursa Asia Cerah, Nikkei Melesat 3%! Hang Seng-STI Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas pasar saham Asia ditutup cerah pada perdagangan Selasa (22/6/2021), mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) yang berbalik menguat karena yakin bahwa pasar melihat sisi positif dari sikap bank sentral AS.
Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan bursa Asia pada hari ini, setelah sehari sebelumnya sempat memimpin pelemahan bursa Asia. Indeks saham Negeri Matahari Terbit tersebut ditutup terbang 3,12% ke level 28.884,13.
Sedangkan indeks Asia lainnya yakni Shanghai Composite China berakhir melesat 0,8% ke posisi 3.557,41, KOSPI Korea Selatan melonjak 0,71% ke 3.263,88, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) loncat 1,53% ke 6.087,84.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Straits Times Singapura ditutup melemah pada hari ini. Hang Seng melemah 0,63% ke 28.309,76 dan Straits Times terdepresiasi 0,28% ke 3.109,20.
Pasar saham Hong Kong ditutup melemah karena koreksi saham teknologi mengimbangi penguatan saham energi.
Sementara saham terkait kripto dan blockchain mundur karena Beijing semakin memperketat cengkeramannya pada perdagangan kripto.
Huobi Tech, perusahaan afiliasi dari operator pertukaran kripto Huobi anjlok hingga 20%. Sedangkan perusahaan pengembang platform perdagangan mata uang digital, OKG Technology Holdings Ltd ambles 5,4%.
Namun, sebagian besar pasar saham di Asia berakhir menguat, cenderung mengikuti pergerakan Wall Street yang ditutup melesat pada perdagangan Senin (21/6/2021) waktu setempat.
Kekhawatiran pasar global akan sikap dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai hawkish pun mereda. Pasar merespons positif dari salah satu komentar Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari.
"Mayoritas warga AS ingin pekerjaan, saya belum siap untuk meninggalkan mereka. Saya ingin memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Selama laju inflasi masih terjangkar, marilah bersabar sampai benar-benar tercipta pembukaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment)," papar Kashkari di media yang sama.
Dalam outlook Maret, ada empat anggota Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada 2022. Kemudian tujuh anggota lain berpendapat Federal Funds Rate baru bisa naik pada 2023.
Dalam proyeksi Juni, komposisi ini berubah. Kini ada tujuh anggota FOMC yang menilai suku bunga sudah bisa naik tahun depan dan 13 anggota berpendapat kenaikan Federal Funds Rate terjadi pada 2023.
Kashkari termasuk golongan minoritas anggota FOMC yang masih mempertahankan sikap dovish. Menurutnya, suku bunga acuan tidak perlu naik sampai akhir 2023.
Suku bunga rendah akan merangsang dunia usaha untuk berekspansi sehingga menciptakan lapangan kerja bagi rakyat AS yang masih menganggur akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Saya rasa Bapak Ketua (Jerome 'Jay' Powell) sudah menyampaikan dengan jelas. Kami sedang menjalani tahap diskusi dan melihat data untuk membuat penyesuaian kebijakan yang hati-hati," kata Kashkari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
