Duh! Baru Mau Bangkit, Ekonomi RI Sudah Ketiban Sana-Sini

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
18 June 2021 09:32
The Fed Beri Sinyal Kenaikan Bunga Acuan Lebih Cepat dari 2023
Foto: The Fed Beri Sinyal Kenaikan Bunga Acuan Lebih Cepat dari 2023

Isu tapering terus mempengaruhi pasar keuangan global, terutama setelah AS merislis data tenaga kerja dan inflasinya. Dua data tersebut menjadi kunci bagi bank sentral AS (The Fed) untuk melakukan tapering.

Tapering merupakan kebijakan The Fed mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve System (Fed) secara signifikan meningkatkan ekspektasi inflasi tahun 2021. Bahkan The Fed mengajukan kerangka waktu, kapan akan menaikkan suku bunga.

Dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), The Fed mengubah sikapnya dengan mempercepat rencana kenaikan suku bunga acuan. Setelah sebelumnya menyatakan tidak berencana melakukan itu sebelum 2023 terlewati, kini Jerome Paul mengindikasikan adanya kenaikan di 2023 hingga dua kali.

Sebagai informasi, pengumuman tapering yang terjadi di pertengahan 2013 lalu memicu taper tantrum yakni yield obligasi (Treasury) melesat naik, aliran modal kembali ke Negeri Paman Sam, dolar AS menjadi sangat perkasa. Alhasil, terjadi gejolak di pasar finansial global.

Oleh karenanya, saat ini The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell akan berusaha menghindari taper tantrum. Salah satu pemicu taper tantrum pada 2013 adalah pengumuman tapering yang mengejutkan pasar. Artinya pasar belum mengantisipasi hal tersebut.

Kali ini, The Fed akan berusaha terus memberikan update mengenai kebijakan moneter yang akan diambil, sehingga pasar lebih siap menghadapi tapering.

Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akn mempertahankan suku bunga rendah hingga ada tanda-tanda kenaikan inflasi yang kemungkinan baru terjadi di tahun depan. Namun, langkah antisipasi tetap dilakukan. Saat ini suku bunga acuan seven day repo rate (BI7DRR) berada pada level 3.5%.

Berdasarkan dari statement rapat FOMC, BI menilai bahwa kebijakan The Fed masih akan akomodatif dalam kebijakan moneternya, dan masih terlalu dini untuk mengurangi stimulus moneter atau tapering off.

"Bahkan The Fed masih melanjutkan pembelian surat berharga sampai dengan terdapat perkembangan yang substansial tentang inflasi dan tenaga kerja," jelas Perry.

"Kami akan pantau dari waktu ke waktu kalau ada indikator-indikator baru yang membuat perubahan. Tapi, sampai dengan yang kami pahami, tapering The Fed baru akan dilakukan tahun depan," kata Perry menegaskan.

(mij/mij)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular