
Deretan 5 Fakta Saham DCII, Meroket 11.000% Wajar Gak sih?

3. Masuknya Anthoni Salim
Pada awal bulan ini, Direktur Utama dan CEO Grup Indofood, Anthoni Salim, tercatat menambah kepemilikan atas saham DCII dari semula 3,03% kini menjadi 11,12%.
Data ini terungkap dalam daftar pemegang saham di atas 5% yang dipublikasikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 2 Juni 2021.
Berdasarkan data KSEI tersebut, transaksi pembelian ini dilakukan pada 31 Mei 2021 dengan harga Rp 5.277/saham. Total jumlah saham baru yang dibeli oleh anak pendiri Grup Salim, Sudono Salim, ini adalah sejumlah 192,74 juta, sehingga nilai transaksi ini mencapai Rp 1,01 triliun.
Sebelumnya Anthoni Salim telah menguasai 72,29 juta saham DCII atau 3,03% dari total saham, dan setelah pembelian baru ini kepemilikan saham Bos Indofood ini mencapai 265 juta saham.
Salim menjelaskan bahwa tujuan transaksi ini adalah untuk investasi di bidang teknologi dengan status kepemilikan saham secara langsung.
4. Tiga Orang Tajir Baru Lahir dari 'Rahim' DCII
Melantainya saham emiten DCII di BEI berhasil menelurkan tiga orang kaya baru di Indonesia.
Hal ini terjadi karena saham emiten yang baru 6 bulan tercatat di papan perdagangan di BEI ini terus melejit dari hari ke hari sampai mencapai 11.864% per Senin lalu-sebelum disuspensi oleh bursa.
Per Mei, laporan terbaru menyebutkan sang presiden direktur DCII Otto Toto Sugiri memegang 712.784.905 atau 29,9%, presiden komisaris Maria Budiman 536.505.149 atau 22,51%, Han Arming Hanafia 14,11% atau 336.352.227, dan Anthoni Salim 265.033.461 atau 11,12%.
Seiring dengan kenaikan luar biasa DCII, berapa harta kekayaan tiga pengendali utama DCII dari kepemilikan sahamnya (di luar Anthoni Salim) di emiten data center tersebut?
Pertama, sang big boss Toto Sugiri. Per Mei, laporan terbaru menyebutkan Otto masih memegang 712.784.905 atau 29,9%. Dengan harga IPO Rp 420, valuasi awal uangnya hanya Rp 299 miliar. Setelah saham DCII di level Rp 50.250, maka valuasi Otto melesat menjadi Rp 36 triliun atau setara US$ 2,48 miliar (kurs Rp 14.500, artinya cuannya tembus Rp 35,70 triliun.
Ini belum ditambah dengan penjualan sahamnya sebesar 102.270.449 kepada Salim.
Jika dibandingkan dengan daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes tahun 2020 lalu, dengan kekayaan sebanyak ini, pria lulusan Jerman yang berusia 68 tahun ini akan bertengger di peringkat 12, berada di atas Martua Sitorus, taipan perkebunan sawit dengan kekayaan US$ 2 miliar.
Kedua, Maria Budiman. Per Mei, laporan terbaru menyebutkan Maria Budiman punya 536.505.149 atau 22,51%. Dengan harga IPO Rp 420/saham, maka valuasi saham Marina mencapai Rp 225 miliar. Sementara dengan harga saat ini Rp 50.250/saham, maka valuasi sahamnya mencapai Rp 27 triliun atau US$ 1,86 miliar, artinya cuannya mencapai Rp 26,77 triliun.
Ini belum ditambah dengan penjualan saham Marina sebelumnya sebanyak 113.022.511 saham, dari kepemilikan sebelumnya yakni mencapai 649.998.770 atau 27,26% saham DCII.
Jika dibandingkan dengan daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes tahun 2020 lalu, Marina akan berada di peringkat 13, tepat berada di antara Martua Sitorus dan Putera Sampoerna (US$ 1,8 miliar).
Ketiga, Han Arming Hanafia. Per Mei, laporan terbaru menyebutkan Han Arming Hanafia memegang 14,11% atau 336.352.227 saham DCII. Valuasi sahamnya di awal-awal ketika harga DCII masih Rp 420 yakni sebesar Rp 141 miliar.
Sementara itu, valuasi saat ini ketika harga DCII Rp 50.250 yakni Rp 17 triliun atau US$ 1,17 miliar, atau cuannya mencapai Rp 16,85 triliun.
Bila dibandingkan dengan daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes tahun 2020 lalu, Han Arming akan bertengger di peringkat 28 orang terkaya di Indonesia.
5. Harga Terus Naik, Valuasinya Mahal Pake Banget
Kenaikan harga saham DCII akhir-akhir ini tentu saja membuat para pelaku pasar penasaran apakah masih layak berinvestasi di saham ini. Well, setelah melesat kencang, saat ini DCII diperdagangkan dengan valuasi yang sangat premium.
Bayangkan saja, apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga saham alias Price Earning Ratio (PER), maka PER DCII berada di angka 623,11 kali. Padahal, PER secara rule of thumb biasanya dikatakan wajar apabila berada di kisaran 20 kali.
Sementara, apabila menggunakan metode valuasi nilai buku dibandingkan dengan harga sahamnya alias Price to book value (PBV), rasio PBV DCII saat ini berada di angka 130,46 kali yang tentunya tergolong sangat mahal.
Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.
Jadi jika Anda ingin masuk ke saham ini, pertimbangkanlah horizon investasi apakah jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]