
Rupiah Siaga! Sang "Penyihir Pasar" Peringatkan Taper Tantrum

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah gagal menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin. Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis dini hari membuat pelaku pasar berhati-hati. Alhasil rupiah melemah 0,14% ke Rp 14.200/US$.
Isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan terjawab saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter besok.
Pasar saat ini masih bingung, apakah The Fed akan melakukan tapering dalam waktu dekat karena inflasi sudah melesat di AS, atau masih mempertahankan sikapnya yang menganggap tapering masih terlalu dini.
Tapering bisa menimbulkan gejolak di pasar finansial global yang disebut taper tantrum. Rupiah sendiri pernah merasakan ganasnya tapering pada tahun 2013 lalu.
Tingginya inflasi di AS yang membuat isu tapering semakin menguat belakangan ini.
Salah satu investor papan atas Paul Tudor Jones, inflasi yang tinggi tetapi dikatakan bersifat sementara oleh The Fed tidak masuk akal. Jones merupakan salah satu investor yang masuk dalam buku Market Wizard atau "Penyirih Pasar" karangan Jack Schwager.
"Inflasi yang dikatakan sementara tidak seperti yang saya lihat. Saya khawatir dengan inflasi dikatakan sementara saat supply sedang rendah dan demand yang tinggi," kata Jones sebagaimana dilansir Kitco Senin, (14/6/2021).
Jika The Fed memberikan sinyal mulai membahas tapering, maka rupiah berisiko merosot.
"Jika mereka (The Fed) mengatakan 'kami sudah memiliki data, kami sudah mencapai tujuan, atau kami berada di jalur yang sangat cepat untuk mencapai target full employment, maka kalian akan menghadapi taper tantrum. Kalian akan melihat aksi jual di aset fixed income, begitu juga pasar saham yang akan mengalami koreksi," kata Jones.
Sebaliknya jika The Fed masih sama dengan sikap sebelumnya, menyebut terlalu dini membicarakan tapering, rupiah berpotensi kembali ke jalur penguatan.
Potensi pergerakan besar rupiah baru akan terjadi besok setelah pengumuman kebijakan moneter The Fed. Untuk hari ini, Rabu (16/6/2021) pergerakan masih akan sama dengan kemarin.
Secara teknikal, meski melemah dalam 2 hari terakhir, tetapi ada perubahan level-level yang harus diperhatikan.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.290 hingga Rp 14.300/US$. Artinya, rupiah masih bergerak di bawah tiga MA, yakni MA 50, 100, dan 200, yang artinya momentum penguatan yang lebih besar.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.155/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang ke Rp 14.100/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak turun dan belum mencapai wilayah oversold.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic saat ini berada di kisaran 37, masih jauh dari wilayah oversold, sehingga ruang penguatan cukup besar.
Area Rp 14.230/US$ yang kemarin sempat diuji masih menjadi resisten terdekat. Jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju MA 100 di kisaran Rp 14.290 sampai RP 14.300/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
