
Rupiah Tertekan di Tengah Kenaikan Indeks Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sepekan lalu menguat,rupiah sepanjang pekan ini berbalik melemah dolar Amerika Serikat (AS), menyusul membaiknya data tenaga kerja danĀ kenaikan inflasi di Negara Adidaya tersebut.
Mata Uang Garuda bertengger di level Rp 14.290 per dolar AS, atau melemah 0,07% sepekan ini, setelah pada akhir pekan lalu menguat 0,49% di angka Rp 14.280/dolar AS. Rupiah hanya mampu menguat tipis pada Senin dan bahkan stagnan pada Selasa dan Rabu.
Sepanjang pekan ini, indeks dolar AS tercatat menguat 0,09% menjadi 90,13. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap mitra dagang utamanya itu bahkan sempat menguat hingga 90,49 pada Kamis, yang merupakan level tertinggi sejak 13 Mei..
Indeks dolar AS terus menguat setelah Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) wilayah Philadelphia, Patrick Harker mengatakan saat ini waktu yang tepat untuk memikirkan mengenai pengurangan QE (quantitative easing).
Jika kebijakan itu dijalankan maka aksi borong surat berharga The Fed senilai US$ 120 miliar per bulan di pasar akan berkurang, yang artinya pasokan likuiditas ke pasar akan menurun. Dus, pasokan uang beredar akan menurun sehingga secara teoritis dolar AS pun menguat di pasar.
Saat ini, gambaran inflasi tinggi masih terpampang setelah Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan 559.000 penyerapan tenaga kerja baru pada Mei. Meski angka itu di bawah ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 671.000, tetapi masih jauh lebih baik dari penyerapan April sebanyak 266.000.
Angka pengangguran juga terus menurun, menjadi 5,8%, dari periode April sebesar 6,1%. Capaian itu juga lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang semula memprediksi angka 5,9%.
Kondisi tersebut membuat ekspektasi inflasi masih akan tetap tinggi. Inflasi yang tinggi memicu permintaan kupon obligasi yang tinggi pula. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun pun sempat menguat hingga 0,1 basis poin (bp) ke 1,628% pada Jumat pagi, sebelum kemudian berangsur menurun menjadi 1,557% pada penutupan Jumat.
Jika kupon meningkat, maka return obligasi pun menarik bagi investor global sehingga mereka menjual asetnya di negara lain dan beralih ke US Treasury yang berkonsekuensi pada kenaikan permintaan dolar AS untuk membeli surat berharga Negara Adidaya tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$