Ulasan Sepekan

Pekan Bahagia Bagi Investor Saham, IHSG Melesat Nyaris 4%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 June 2021 10:07
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham nasional sepekan ini melesat nyaris 4%, menyusul kembalinya selera mengambil risiko (risk appetite) para investor di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 dan perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini terhitung melesat hingga 216,55 poin atau setara dengan 3,7% menjadi 6.065,166 setelah pada akhir pekan lalu bertengger di level 5.848,616.

Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 2,85 triliun selama sepekan ini. Total nilai transaksi sepekan mencapai Rp 65 triliun, yang didapat dari perdagangan 106,7 miliar saham sebanyak lebih dari 5,7 juta kali.

Penguatan IHSG terjadi terutama di hari pertama perdagangan, hingga mencapai 1,7% dalam sehari, diikuti 3 hari selanjutnya. Koreksi terjadi hanya pada hari terakhir perdagangan, yakni sebesar -0,43%. Bursa nasional libur pada Selasa (1/6/2021) untuk memperingati Hari Pancasila.

IHSG menguat 3 hari beruntun sejak perdagangan pertama pekan ini setelah pemerintah menyatakan optimisme terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi bakal mencapai 8%.

Di sisi lain, perkembangan positif datang dari luar negeri setelah Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat pekan lalu melaporkan inflasi berbasis personal consumption expenditure (PCE) tumbuh lebih baik dari ekspektasi pasar. Data tersebut merupakan inflasi acuan bagi The Fed.

Inflasi inti PCE dilaporkan tumbuh 3,1% secara tahunan pada April, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 1,8%. Angka tertinggi sejak Juli 1992 ini juga melibas hasil survei Reuters terhadap ekonomi yang memprediksi angka 2,9%. Hal ini mengindikasikan ekonomi AS yang 60% lebih ditopang konsumsi masih menguat, terutama berkat suntikan stimulus.

Namun demikian laju reli cenderung melambat, hingga berakhir koreksi pada Jumat, setelah data ketenagakerjaan AS tercatat lebih baik dari ekspektasi pasar, sehingga memicu kekhawatiran bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal segera mengerem kebijakan moneter.

Kebijakan itu dikhawatirkan memicu taper tantrum, di mana investor global menarik dananya di pasar saham negara berkembang karena The Fed mengurangi aksi gelontoran likuiditasnya. Di sisi lain, obligasi pemerintah AS kembali menawarkan imbal hasil tinggi seiring kenaikan inflasi, sehingga menjadi lebih menarik bagi pada investor global.

Kombinasi dua hal tersebut berpeluang memicu capital outflow dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Terlebih, kasus Covid-19 di Indonesia dikhawatirkan masih meninggi menyusul momen libur Lebaran kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular