
Di Kurs Tengah BI, Rupiah Balik ke Atas Rp 14.300/US$!

Inflasi yang stabil di kisaran 2% dan maximum employment adalah target yang ingin dicapai oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Sebelum itu terwujud, atau setidaknya sudah ada sinyal yang sangat jelas untuk mengarah ke sana, maka kebijakan moneter akan tetap ultra-longgar.
Namun kini sepertinya tanda-tanda mengarah ke inflasi 2% dan maximum employment semakin terang-benderang. Oleh karena itu, pasar memperkirakan pengetatan kebijakan alias tapering off oleh The Fed bakal terjadi dalam waktu tidak lama lagi.
Mungkin suku bunga masih akan bertahan rendah dalam waktu lama. Namun dosis gelontoran likuiditas atau quantitative easing yang sepertinya bakal mulai dikurangi.
"Kami berencana untuk mempertahankan Federal Funds Rate tetap rendah untuk jangka waktu lama. Namun mungkin sudah saatnya untuk setidaknya berpikir mengenai pengurangan pembelian surat berharga yang sekarang bernilai US$ 120 miliar per bulan," ungkap Patrick Harker, Presiden The Fed cabang Philadelphia, dikutip dari Reuters.
Bayangan akan taper tantrum 2013-2015 pun muncul lagi. Kala itu, The Fed yang baru membuka wacana akan mengetatkan kebijakan moneter sudah membuat investor bereaksi. Arus modal berkerumun di pasar obligasi pemerintah AS, karena imbal hasil (yield) sangat sensitif terhadap suku bunga. Aset-aset lain kehilangan daya tarik sehingga harganya anjlok, apalagi aset berisiko di negara berkembang.
Sentimen ini menjadi faktor utama yang membuat rupiah tidak bertenaga hari ini. Jika tanda-tanda menuju tapering off semakin kuat, maka langkah rupiah sangat berat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
