Analisis Teknikal

Momok Taper Tantrum Muncul Lagi, Rupiah Siaga Satu!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 June 2021 08:46
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu tapering yang semakin menguat membuat rupiah akan kesulitan untuk menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (4/5/2021), setelah melemah tipis 0,04% ke Rp 14.280/US$ kemarin.

Tapering merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gelolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.

Taper tantrum pernah terjadi di tahun 2013 hingga 2015, kala itu rupiah menjadi salah satu korban keganasannya. Ketua The Fed saat itu, Ben Bernanke mengumumkan tapering pada Juni 2013 nilai tukar rupiah terus merosot hingga puncak pelemahan pada September 2015.

Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ sementara pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%.

Wacana tapering sebenarnya sudah diredam oleh The Fed dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi kini Presiden The Fed wilayah Philadelphia, Patrick Harker, kembali membuka wacana tersebut.

Harker mengatakan perekonomian AS terus menunjukkan pemulihan dari krisis virus corona dan pasar tenaga kerja terus menunjukkan penguatan, dan menjadi saat yang tepat bagi The Fed untuk mulai memikirkan tapering.

"Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Tetapi ini mungkin saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar," kata Harker sebagaimana dilansir Reuters.

Isu tapering tersebut semakin menguat setelah rilis data tenaga kerja AS versi ADP yang lebih bagus dari perkiraan.

Automatic Data Processing Inc. (ADP) kemarin melaporkan sepanjang bulan Mei sektor swasta AS menyerap 978.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian. Penambahan tersebut jauh lebih banyak ketimbang bulan sebelumnya 654.000 tenaga kerja.

Data ini biasanya dijadikan acuan rilis data tenaga kerja versi pemerintah AS yang dikenal dengan istilah non-farm payrolls (NFP). Hasil survei dari Dow Jones memperkirakan NFP sepanjang bulan Mei sebanyak 671.000 pekerja, naik dari bulan sebelumnya 266.000 tenaga kerja.

"Data tenaga kerja yang lebih baik dari prediksi membuat para trader berhati-hati. Mereka mempersiapkan kemungkinan pernyataan tapering atau kenaikan suku bunga dari The Fed, meski tidak dalam waktu dekat" kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (4/6/2021).

Dolar AS sudah merespon isu tapering tersebut. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS melesat 0,65% ke 90,491. Kenaikan tajam indeks dolar AS tersebut tentunya akan menekan rupiah pada hari ini.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, mengingat rupiah melemah tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di dekat rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270 hingga Rp 14.280/US$.

Jika mampu menembus dan bertahan di bawahnya MA 100 maka ruang berlanjutnya penguatan rupiah terbuka cukup lebar.

Target penguatan berada di kisaran Rp 14.240/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic saat ini berada di kisaran 53, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold.

Area Rp 14.300/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.330 hingga Rp 14.350/US$ (kisaran MA 200). Jika MA 200 juga dilewati, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.420/US$ (MA 50).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular