Waspada! Gelembung Aset Kripto Bisa Pecah karena Utang Jumbo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 May 2021 10:17
Ilustrasi/ Cryptocurrency / Aristya Rahadian
Foto: Ilustrasi/ Cryptocurrency

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak investasi aset kripto (cryptocurrency) dalam dua pekan terakhir membuat investor khawatir. Naik turun harga aset kripto yang tinggi, seolah-olah menjadi tempat pertempuran sengit bagi para spekulan.

Kabar mengejutkan bukan lagi datang dari kicauan dari Bos Telsa, Elon Musk, di Twitter atau miliader Mark Cuban, tapi dari aktivitas utang para spekulan dalam bertransaksi aset kripto. Musk dan Cuban memang tokoh terkenal dan punya pengaruh besar mendorong kenaikan harga aset kritpo.

Namun bukan kicauan kedua tokoh ini yang menjadi pendorong riil kenaikan harga aset kripto. Bahkan langkah tegas dari pemerintah China dan Amerika Serikat dalam merespons transaksi kripto cenderung diabaikan.

Sejumlah analis menilai, sebenarnya kenaikan agresif harga aset kripto tak hanya karena cuitan dari Musk, tetapi juga didorong oleh aktivitas pinjaman dari investor yang mengunakantrading margindi kripto.

Para investor ini bertindak menjadi spekulan denan mengunakanmargin tradingdi pasarcryptocurrencymenjadi sumber likuitditas yang membuat harga kripto melesat. Namun aktivitas ini punya risiko tinggi, ini yang tampak dari kejatuhan harga kripto pekan lalu, yang didorong oleh adanyaforced sellatau jual paksa ketika harga kripto turun.

Inilah yang menjadi pemicu harga Bitcoin ambles hingga 30% pada minggu (23/5/2021) akhir pekan lalu. Bitcoin terpaksa kehilangan sekitar sepertiga nilainya dalam hitungan jam saja.

Lalu pada awal pekan ini, Senin (24/5/2021), Bitcoin kembali melonjak hampir menyentuh level US$ 40.000. Walaupun berhasilrebound, tetapi Bitcoin masih turun sekitar 33% dari level tertingginya.

Ketika trader menggunakan margin, mereka meminjam dana dari perusahaan pialang untuk mengambil posisi yang lebih besar di bitcoin. Jika harga turun, mereka harus membayar kembali perusahaan pialang yang dikenal sebagai "margin call".

Brian Kelly, CEO BKCM, menunjuk perusahaan di Asia seperti BitMEX menyediakan fasilitastrading margindengan perbandingan 100:1 untuk perdagangan mata uang kripto.

Namun broker ritel terbesar di Wall Street, Robinhood tidak mengizinkantradermenggunakan margin untuk mata uang kripto, dan Coinbase hanya mengizinkannya untuk pedagang profesional.

"Harga likuidasi setiap orang cenderung berbeda dan cenderung mendekati, ketika Anda mencapainya, semua pesanan jual otomatis ini masuk, dan harga turun begitu saja," kata Kelly, kepadaCNBCInternational.

TraderBitcoin telah melikuidasi sekitar US$ 12 miliar atau setara Rp 171,73 triliun (kurs Rp 14.310/US$) dari utang investor pekan lalu. Eksodus massal ini menghapus sekitar 800.000 akun kripto.

"Leveragedi pasar kripto, terutama yang dilakukan oleh investor ritel telah menjadi topik besar yang dapat menonjolkan volatilitas," kata analis JMP, Devin Ryan, dikutip dariCNBC International.

Ketika pasar kripto kembali berkembang, Ryan mengharapkan pengaruhleveragedapat berkurang, apalagi karena saat ini investor institusional lebih banyak masuk di pasar kripto.

Investor, baik ritel maupun institusional telah menuangkan di Bitcoin dan aset digital lainnya pada tahun 2021.

Perusahaan platform cryptocurrency terbesar di dunia, Coinbase melaporkan bahwa volume perdagangan pada kuartal pertama tahun ini mencapai US$ 335 miliar, di mana sekitar US$ 120 miliar adalah investor ritel dan US$ 215 miliar merupakan investor institusional.

Volume perdagangan kuartal I-2021 naik pesat dibandingkan dengan volume perdagangan di periode yang saham tahun 2020 yang baru mencapai sekitar US$ 30 miliar.

Sementara itu, Miliarder Mark Cuban melaluitweet-nya mempertimbangkan aspekleveragedi kripto lainnya, seperti Ethereum (Ether).

"PasarDe-Leveredhancur. Tidak peduli apa asetnya, entah itu saham, kripto, obligasi, atau properti, Mereka melakukanforced selldi harga yang lebih rendah. Tapi kripto memiliki masalah yang sama dengan yang [pedagang frekuensi tinggi] bawa ke saham, sepertifront-running legal, karena biaya gas memperkenalkan latensi yang dapat diperdaya," kata Cuban dalamtweetpekan lalu.

Penyebab lainnya dari aksi jual kripto mungkin berasal darilending marketdi Bitcoin yang sedang tumbuh.

Perusahaan kripto seperti BlockFi dan Celsius mengizinkan pemegang Bitcoin untuk menyimpan kripto mereka dengan perusahaan, dengan bunga antara 6% dan 8%.

Namun diback-end, perusahaan-perusahaan itu meminjamkan Bitcoin untuk dana lindung nilai (hedging) dan pedagang profesional lainnya. Mereka juga mengizinkan untuk menggunakan kepemilikan Bitcoin mereka sebagai jaminan untuk pinjaman.
Misalnya, jika seseorang mengambil pinjaman senilai US$ 1 juta dengan menggunakan Bitcoin, lalu harganya turun 30%, maka mereka mungkin saja dapat mempunyai hutang 30% lebih banyak kepada pemberi pinjaman.

″Saat Anda mencapai tingkat jaminan tertentu, perusahaan akan secara otomatis menjual Bitcoin Anda dan mengirimkan jaminan tersebut kepada pemberi pinjaman, hal ini menambah efek kaskade besar-besaran, di mana ada begitu banyak volume transaksi dan membuat sebagian besar pasar ambruk." "kata Brian Kelly dari BKCM, dilansir dariCNBC International.


Fakta bahwa Bitcoin tidak diatur oleh bank sentral, membuat kripto sangat berharga bagi investornya.

Tetapi karena kurangnya peran otoritas pusat dan peningkatan adopsi, regulator akhirnya mulai bertindak lebih keras. Departemen Keuangan AS mengumumkan pada Kamis (20/5/2021) lalu bahwa akan memerlukan transfer senilai US$ 10.000 atau lebih dalam kripto untuk dilaporkan ke Internal Revenue Service.

"Pasar tidak memilikibackstopyang sama dengan pasar konvensional lainnya. Dalam beberapa hal, pasar kripto mungkin saja lebih tertata dan tidak dipengaruhi oleh pembeli pilihan terakhir." kata Ryan.

Meski begitu, Ryan mengatakan bahwa pembuatan regulasi sangat positif bagi aset digital dan dapat memvalidasi pasar kripto.

"Pasar kripto memang masih dalam masa-masa awal, oleh karena itu mereka sedang melalui fase pematangan di mana penskalaan dan adopsi meningkat dan volatilitas terus mengikutinya disaat pasar sedang berkembang," kata Ryan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular