
Waspada! Gelembung Aset Kripto Bisa Pecah karena Utang Jumbo

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak investasi aset kripto (cryptocurrency) dalam dua pekan terakhir membuat investor khawatir. Naik turun harga aset kripto yang tinggi, seolah-olah menjadi tempat pertempuran sengit bagi para spekulan.
Kabar mengejutkan bukan lagi datang dari kicauan dari Bos Telsa, Elon Musk, di Twitter atau miliader Mark Cuban, tapi dari aktivitas utang para spekulan dalam bertransaksi aset kripto. Musk dan Cuban memang tokoh terkenal dan punya pengaruh besar mendorong kenaikan harga aset kritpo.
Namun bukan kicauan kedua tokoh ini yang menjadi pendorong riil kenaikan harga aset kripto. Bahkan langkah tegas dari pemerintah China dan Amerika Serikat dalam merespons transaksi kripto cenderung diabaikan.
Sejumlah analis menilai, sebenarnya kenaikan agresif harga aset kripto tak hanya karena cuitan dari Musk, tetapi juga didorong oleh aktivitas pinjaman dari investor yang mengunakantrading margindi kripto.
Para investor ini bertindak menjadi spekulan denan mengunakanmargin tradingdi pasarcryptocurrencymenjadi sumber likuitditas yang membuat harga kripto melesat. Namun aktivitas ini punya risiko tinggi, ini yang tampak dari kejatuhan harga kripto pekan lalu, yang didorong oleh adanyaforced sellatau jual paksa ketika harga kripto turun.
Inilah yang menjadi pemicu harga Bitcoin ambles hingga 30% pada minggu (23/5/2021) akhir pekan lalu. Bitcoin terpaksa kehilangan sekitar sepertiga nilainya dalam hitungan jam saja.
Lalu pada awal pekan ini, Senin (24/5/2021), Bitcoin kembali melonjak hampir menyentuh level US$ 40.000. Walaupun berhasilrebound, tetapi Bitcoin masih turun sekitar 33% dari level tertingginya.
Ketika trader menggunakan margin, mereka meminjam dana dari perusahaan pialang untuk mengambil posisi yang lebih besar di bitcoin. Jika harga turun, mereka harus membayar kembali perusahaan pialang yang dikenal sebagai "margin call".
Brian Kelly, CEO BKCM, menunjuk perusahaan di Asia seperti BitMEX menyediakan fasilitastrading margindengan perbandingan 100:1 untuk perdagangan mata uang kripto.
Namun broker ritel terbesar di Wall Street, Robinhood tidak mengizinkantradermenggunakan margin untuk mata uang kripto, dan Coinbase hanya mengizinkannya untuk pedagang profesional.
"Harga likuidasi setiap orang cenderung berbeda dan cenderung mendekati, ketika Anda mencapainya, semua pesanan jual otomatis ini masuk, dan harga turun begitu saja," kata Kelly, kepadaCNBCInternational.
TraderBitcoin telah melikuidasi sekitar US$ 12 miliar atau setara Rp 171,73 triliun (kurs Rp 14.310/US$) dari utang investor pekan lalu. Eksodus massal ini menghapus sekitar 800.000 akun kripto.
"Leveragedi pasar kripto, terutama yang dilakukan oleh investor ritel telah menjadi topik besar yang dapat menonjolkan volatilitas," kata analis JMP, Devin Ryan, dikutip dariCNBC International.
Ketika pasar kripto kembali berkembang, Ryan mengharapkan pengaruhleveragedapat berkurang, apalagi karena saat ini investor institusional lebih banyak masuk di pasar kripto.
Investor, baik ritel maupun institusional telah menuangkan di Bitcoin dan aset digital lainnya pada tahun 2021.
