Analisis

Centro Pailit, Nasib Plaza Indonesia-MAP-Pondok Indah Gimana?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
24 May 2021 07:10
retail centro yang telah tutup di plaza semanggi
Foto: Suasana retail

Ketiga emiten ini juga kompak mencatatkan kenaikan liabilitas pada tahun pandemi 2020 lalu. Kenaikan terbesar dicatatkan oleh MAPI yang liabilitasnya melonjak 70% dari tahun sebelumnya dari semula Rp 6,56 triliun membengkak menjadi Rp 11,15 triliun akhir tahun lalu.

Adapun liabilitas Plaza Indonesia bertambah 20% ke angka Rp 1,16 triliun dari semula Rp 972 miliar. Sementara kewajiban MKPI naik 14% menjadi Rp 2,01 triliun dari yang awalnya Rp 1,77 triliun.

Meski MAPI dan MKPI mengalami peningkatan nilai aset, persentase perubahannya masih lebih kecil dari angka kenaikan liabilitas. Aset MAPI tumbuh 27% menjadi Rp 17,65 triliun dengan aset lancar dan tidak lancar terbagi relatif merata. Aset MKPI juga meningkat 4,78% dari semula Rp 7,27 triliun menjadi Rp 7,62 triliun.

Adapun Plaza Indonesia harus berpuas diri, aset perusahaan turun 5,83% menjadi Rp 11,81 triliun. Meskipun aset PLPI relatif besar tapi dari total tersebut hanya Rp 776 juta yang merupakan kas dan aset lancar pun hanya sejumlah Rp 1,23 triliun sedangkan sisanya aset tidak lancar yang mencapai Rp 10,58 triliun.

Akibat turunnya aset dan meningkatnya liabilitas, alhasil ekuitas Plaza Indonesia pun turun 8% ke angka Rp 10,65 triliun. MAPI pun mengalami penurunan ekuitas hingga 12% menjadi Rp 6,49 triliun. Adapun MKPI hanya mampu tumbuh di bawah 2% menjadi Rp 5,60 triliun.

Jika tidak ingin bernasib sama seperti Centro, emiten-emiten ini sudah saatnya berbenah diri dengan melakukan berbagai aksi korporasi yang relevan dengan situasi pascabaru mulai pulihnya pandemi akibat Covid-19, sehingga mampu mendongkrak kinerja positif keuangan perusahaan.

Kabar Pulih

Sebetulnya sinyal pulih mulai kelihatan di kinerja kuartal I-2021. Hingga saat ini dari ketiganya, baru MAPI dan anak usahanya PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) yang melaporkan kinerja keuangannya. Hasilnya, lumayan oke.

Pada 3 bulan tahunn ini MAPI mampu mencatatkan kenaikan laba bersih hingga melesat 223% menjadi Rp 26,09 miliar dari sebelumnya Rp 8,08 miliar.

Meski laba naik, pendapatan MAPI mengalami penurunan dari sebelumnya Rp 4,72 triliun menjadi Rp 4,31 triliun. Rinciannya, penurunan terjadi di segmen penjualan eceran dan grosir yang turun menjadi Rp 4,10 triliun dari Rp 4,41 triliun.

Komisi penjualan konsinyasi bersih sebesar Rp 163,72 miliar. Sisanya, dikontribusi dari pendapatan sewa dan jasa pemeliharaan sebesar Rp 17,78 miliar.

Menurut Ratih D. Gianda, VP Investor Relations, Corporate Communications and Sustainability MAP Group, kinerja MAPI di kuartal pertama masih tertekan terutama disebabkan oleh tantangan pada rantai pasokan dan langkah-langkah pengendalian jarak sosial dan pandemi yang diberlakukan oleh pihak berwenang.

Adapun tekanan masih dialami MAPA yang mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 93% pada periode 3 bulan pertama tahun ini menjadi sebesar Rp 5,07 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 69,16 miliar.

Musababnya, pendapatan bersih MAPA turun sebesar 13% menjadi Rp 1,27 triliun dari sebelumnya Rp 1,46 triliun. Beban pokok penjualan tercatat turun menjadi Rp 729,41 miliar dari sebelumnya Rp 821 miliar.

Ratih menyampaikan, potensi penjualan perseroan secara menyeluruh masih terkendala oleh pengurangan jam operasional pusat perbelanjaan di Indonesia sebagai dampak dari pandemi.

"Kami meyakini kinerja pada kuartal ke-2 akan jauh lebih baik seiring dengan keseimbangan antara inventory dengan penyesuaian strategi perusahaan," kata Ratih, dalam keterangannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular