Tanda Hidup Mulai Normal: Current Account RI Defisit Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2021 13:15
Ilustrasii Dollar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat hidup umat manusia menjadi tidak normal. Namun setelah lebih dari setahun, kini sedikit demi sedikit tatanan kehidupan mulai kembali seperti dulu lagi.

Salah satu yang dibuat abnormal oleh pandemi adalah Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada kuartal I-2021, NPI membukukan surplus US$ 4,06 miliar setelah kuartal sebelumnya defisit US$ 156,39 juta.


NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Pada masa pandemi, terlihat dua pos ini tidak normal.

Transaksi berjalan pada kuartal III dan IV tahun lalu mampu mencatatkan surplus masing-masing US$ 1,08 miliar (0,41% terhadap Produk Domestik Bruto/PDB) dan US$ 892 juta (0,33% PDB). Ini menjadi surplus pertama sejak 2011.

Kala itu, surplus terjadi karena pendapatan dari ekspor-impor barang mampu menutup 'lubang' di jasa dan pendapatan primer, sesuatu yang sangat langka. Maklum, virus corona adalah pandemi global yang membuat banyak negara menutup diri dan membatasi aktivitas masyarakat. Ini membuat arus perdagangan seakan lumpuh sehingga pengeluaran untuk jasa misalnya pengiriman (freight) menjadi berkurang.

Namun pada 2021, saat hidup mulai sedikit normal dengan kehadiran vaksin anti-virus corona, arus perdagangan dunia kembali bersemi. Ini tercermin dari Baltic Dry Index yang sempat melonjak ke level tertinggi sejak 2009.

Pada kuartal I-2021, neraca barang memang masih surplus US$ 7,91 miliar. Namun sudah tidak bisa menutup defisit di neraca jasa (-US$ 3,42 miliar) dan pendapatan primer (6,92 miliar). Jadilah transaksi berjalan kembali ke zona defisit yaitu minus US$ 996,83 juta atawa 0,36% PDB.

"Sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan permintaan domestik yang melanjutkan perbaikan, kinerja impor juga meningkat cukup tinggi sehingga menahan surplus neraca barang lebih lanjut. Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight seiring kenaikan impor barang. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan pembayaran kupon dan dividen investasi portofolio," papar keterangan tertulis BI.

Halaman Selanjutnya --> 'Uang Panas' Juga Masuk Lagi

Pandemi juga sempat membuat transaksi modal dan finansial tidak normal. Biasanya pos ini hampir tidak pernah defisit, karena pasar keuangan Indonesia masih menarik buat hot money untuk masuk.

Pandemi virus corona membuat investor ikut-ikutan menerapkan social distancing terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang. Akibatnya, transaksi modal dan finansial pada kuartal I dan IV tahun lalu membukukan defisit.

Namun pada kuartal I-2021, situasi kembali normal dengan transaksi modal dan finansial mengalami surplus US$ 5,6 miliar. Ini adalah yang tertinggi sejak kuartal II-2020.

"Pada triwulan I 2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar US$ 5,6 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit sebesar US$ 1 miliar. Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio makin meningkat seiring persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik yang tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

"Investasi portofolio mencatat net inflows sebesar US$ 4,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 2 miliar, terutama didorong oleh penerbitan global bonds dan peningkatan aliran masuk modal asing di pasar saham. Investasi langsung juga mencatat surplus sebesar US$ 4,1 miliar, melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 4,2 miliar, terutama dalam bentuk modal ekuitas. Sementara itu, transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih rendah antara lain disebabkan oleh penurunan penempatan simpanan di luar negeri," terang laporan BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular