
Tanda Hidup Mulai Normal: Current Account RI Defisit Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat hidup umat manusia menjadi tidak normal. Namun setelah lebih dari setahun, kini sedikit demi sedikit tatanan kehidupan mulai kembali seperti dulu lagi.
Salah satu yang dibuat abnormal oleh pandemi adalah Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada kuartal I-2021, NPI membukukan surplus US$ 4,06 miliar setelah kuartal sebelumnya defisit US$ 156,39 juta.
NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Pada masa pandemi, terlihat dua pos ini tidak normal.
Transaksi berjalan pada kuartal III dan IV tahun lalu mampu mencatatkan surplus masing-masing US$ 1,08 miliar (0,41% terhadap Produk Domestik Bruto/PDB) dan US$ 892 juta (0,33% PDB). Ini menjadi surplus pertama sejak 2011.
Kala itu, surplus terjadi karena pendapatan dari ekspor-impor barang mampu menutup 'lubang' di jasa dan pendapatan primer, sesuatu yang sangat langka. Maklum, virus corona adalah pandemi global yang membuat banyak negara menutup diri dan membatasi aktivitas masyarakat. Ini membuat arus perdagangan seakan lumpuh sehingga pengeluaran untuk jasa misalnya pengiriman (freight) menjadi berkurang.
Namun pada 2021, saat hidup mulai sedikit normal dengan kehadiran vaksin anti-virus corona, arus perdagangan dunia kembali bersemi. Ini tercermin dari Baltic Dry Index yang sempat melonjak ke level tertinggi sejak 2009.
Pada kuartal I-2021, neraca barang memang masih surplus US$ 7,91 miliar. Namun sudah tidak bisa menutup defisit di neraca jasa (-US$ 3,42 miliar) dan pendapatan primer (6,92 miliar). Jadilah transaksi berjalan kembali ke zona defisit yaitu minus US$ 996,83 juta atawa 0,36% PDB.
"Sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan permintaan domestik yang melanjutkan perbaikan, kinerja impor juga meningkat cukup tinggi sehingga menahan surplus neraca barang lebih lanjut. Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight seiring kenaikan impor barang. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan pembayaran kupon dan dividen investasi portofolio," papar keterangan tertulis BI.
Halaman Selanjutnya --> 'Uang Panas' Juga Masuk Lagi
