Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Minat investor terhadap aset-aset berisiko (risk appetite) sedang tinggi sehingga menguntungkan rupiah.
Pada Jumat (21/5/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.330 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi yang lumayan dalam yaitu 0,67%. Rupiah ditutup di Rp 14.370/US$, terlemah sejak 5 Mei 2021.
Pelemahan itu membuat mata uang Tanah Air mengalami depresiasi selama dua hari perdagangan beruntun. Dalam dua hari tersebut, depresiasi rupiah tercatat 0,7%.
Namun hari ini sepertinya rupiah mampu memutus rantai pelemahan itu. Kemungkinan tidak ada hari ketiga, cukup dua hari rupiah melemah.
'Angin' bagi rupiah datang dari risk appetite investor yang sedang tinggi. Ini terlihat di bursa saham New York yang ditutup naik cukup tajam.
Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,55%. Sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite melesat masing-masing 1,06% dan 1,77%.
Halaman Selanjutnya --> Kuartal II-2021, Ekonomi AS Diramal Tumbuh 10%
Mood investor terangkat berkat data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam. Pada pekan yang berakhir 15 Mei 2021, jumlah klaim tunjangan pengangguran turun 34.000 menjadi 444.000. Lebih rendah ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan di 450.000 sekaligus menjadi yang terendah sejak pertengahan Maret 2020.
Memang masih jauh dibandingkan kondisi pasar tenaga kerja yang sehat yaitu klaim tunjangan pengangguran di kisaran 200.000-250.000. Namun perlahan tetapi pasti, pasar tenaga kerja mulai pulih ke masa sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Data ini menggambarkan bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berkurang dan dunia usaha mulai kembali merekrut karyawan. Permintaan terhadap tenaga kerja meningkat sementara pasokan tenaga kerja menurun," kata Conrad DeQuadros, Senior Economic Advisor di Brean Capital yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Kini sudah sekitar sepertiga populasi AS mendapatkan vaksin anti-virus corona. Perkembangan ini membuat pemerintahan Presiden Joseph 'Hoe' Biden mulai membuka 'keran' aktivitas dan mobilitas masyarakat.
Mereka yang sudah divaksin boleh beraktivitas di luar ruangan tanpa mengenakan masker. Pun untuk aktkvitas di dalam ruangan, sudah bisa melepas masker.
Berbagai sektor usaha yang awalnya ditutup kini sudah bisa beroperasi, misalnya restoran dan bar. Bahkan pengusaha mengaku mulai kesulitan mencari karyawan.
Oleh karena itu, sepertinya prospek ekonomi Negeri Adidaya bakal cerah. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPow memperkirakan ekonomi Negeri Stars and Stripes pada kuartal II-2021 tumbuh 10,1% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized).
Investor pun bersemangat karena harapan akan kebangkitan ekonomi selepas pandemi bukan pepesan kosong tetapi nyata adanya. Aset-aset berisiko pun diburu sehingga mendongrak Wall Street.
Sebaliknya, aset aman seperti dolar AS cenderung ditinggalkan. Pada pukul 08:03 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%. So, wajar saja rupiah mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA