Rupiah Lesu, Dolar AS Sentuh Rp 14.300!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 May 2021 09:15
ilustrasi uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Apa mau dikata, minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko memang sedang rendah.

Pada Rabu (19/5/2021), US$ 1 dihargai Rp 14.270 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun beberapa saat kemudian rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.300 di mana rupiah melemah 0,21%.

Kemarin, rupiah berhasil menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,07% di hadapan dolar AS. Padahal mata uang Tanah Air banyak menghabiskan waktu di zona merah dan baru bangkit jelang tutup 'lapak'.

Hari ini, bisa saja kejadian semacam itu terulang lagi. Pasalnya, pelemahan rupiah tipis saja sehingga masih ada peluang untuk berbalik menguat.

Namun intinya hari ini kemungkinan bakal berat. Soalnya risk appetite investor sedang rendah, yang tercermin dari bursa saham New York.

Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,78%, S&P 500 berkurang 0,85%, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,56%.

Investor mulai khawatir karena ada tendensi pemulihan ekonomi AS mulai tertahan. Sejumlah data terbaru memberi konfirmasi bahwa ekonomi Negeri Paman Sam memang belum solid betul.

Halaman Selanjutnya --> Data Ekonomi AS Mulai Melandai

Pertama adalah pembangunan rumah baru (housing starts). Pada April 2021, pembangunan rumah baru turun 9,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) ke 1,57 juta unit. Sebulan sebelumnya, pembangunan rumah baru mencapai 1,73 juta unit, terrtinggi dalam 15 tahun terakhir.

Kedua, masih di sektor properti, izin untuk pembangunan rumah baru pada April 2021 adalah 1,76 juta, naik 0,3% mtm. Meski naik, tetapi di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan di 1,77 juta.

Ketiga, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York melaporkan indeks aktivitas manufaktur pada Mei 2021 berada di 24,3, Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 26,3.

"Pasar melihat ada transisi. Data ekonomi yang sebelumnya impresif kini mulai melandai. Oleh karena itu, ada sedikit de-risking," kata Quincy Krosby, Chief Market Strategist di Prudential Financial yang berbasis di New Jersey (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Perkembangan ini membuat pasar menyesuaikan diri dengan melepas aset-aset berisiko. Setelah di Wall Street, hal yang sama menular ke Asia, termasuk Indonesia. Minimnya arus modal ke pasar keuangan Tanah Air membuat rupiah agak lesu darah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular