
Mohon Maaf Lahir-Batin, Wall Street Kayaknya Masih Merah...

Akan tetapi, sepertinya warna merah masih mendominasi Wall Street karena kekehawatiran investor terhadap 'hantu' inflasi. Pada April 2021, laju inflasi AS secara bulanan (month-to-month/mtm) adalah 0,8%. Ini adalah yang tertinggi sejak Juni 2009.
Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Negeri Paman Sam berada di 4,2%. Ini adalah yang tertinggi sejak September 2008.
Inflasi disebabkan oleh permintaan konsumen yang membludak seiring Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden dan masifnya vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun di sisi lain, dunia usaha belum siap sehingga produksi masih terbatas. Akibatnya ya harga pasti naik, inflasi namanya.
"Ini adalah tanda bahwa kita punya masalah inflasi. Dunia usaha punya kemampuan untuk meningkatkan kapasitas, hanya butuh waktu untuk membuatnya kembali normal," kata Robert Barbera, Direktur di Johns Hopkins University Center for Financial Economics, seperti dikutip dari Reuters.
Ketika laju inflasi terus terakselerasi secara stabil, maka bank sentral tidak bisa tinggal diam, termasuk The Federal Reserve/The Fed. Oleh karena itu, pelaku pasar kembali berani bertaruh bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan lebih cepat, tidak 2023 seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir tahun ini adalah 8,8%. Lebih tinggi ketimbang posisi sebulan lalu yakni 6%.
![]() |
"Ditambah dengan kenaikan gaji per jam, inflasi tinggi mungkin akan lebih awet dari perkiraan The Fed," ujar David Kelly, Chief Global Strategist di JPMorgan Asset Management yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Kenaikan suku bunga tidak bersahabat bagi bursa saham. Sebab saat suku bunga naik, emiten harus membayar biaya lebih banyak untuk melakukan ekspansi. Laba emiten bakal tergerus, sehingga sahamnya kurang menarik untuk dikoleksi.
Sebaliknya, kenaikan suku bunga akan membuat aset lain lebih 'seksi' yaitu yang berpendapatan tetap seperti obligasi. Sebab, investor tentu akan mencari kompensasi dari imbalan yang tergerus inflasi sehingga akan mendorong yield ke atas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)