'Kebakaran' Makin Luas, Giliran Bursa Eropa Merah Membara!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 May 2021 15:34
bursa paris
Foto: REUTERS/Benoit Tessier

Ketika laju inflasi terus terakselerasi secara stabil, maka bank sentral tidak bisa tinggal diam, termasuk The Federal Reserve/The Fed. Oleh karena itu, pelaku pasar kembali berani bertaruh bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan lebih cepat, tidak 2023 seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Mengutip CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir tahun ini adalah 8,8%. Lebih tinggi ketimbang posisi sebulan lalu yakni 6%.

fedSumber: CME FedWatch

"Ditambah dengan kenaikan gaji per jam, inflasi tinggi mungkin akan lebih awet dari perkiraan The Fed," ujar David Kelly, Chief Global Strategist di JPMorgan Asset Management yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Kenaikan suku bunga tidak bersahabat bagi bursa saham. Sebab saat suku bunga naik, emiten harus membayar biaya lebih banyak untuk melakukan ekspansi. Laba emiten bakal tergerus, sehingga sahamnya kurang menarik untuk dikoleksi.

Sebaliknya, kenaikan suku bunga akan membuat aset lain lebih 'seksi' yaitu yang berpendapatan tetap seperti obligasi. Sebab, investor tentu akan mencari kompensasi dari imbalan yang tergerus inflasi sehingga akan mendorong yield ke atas.

So, tidak heran bursa saham New York 'karam'. Merahnya Wall Street kemudian menular ke Asia, dan kini ke Eropa. Sungguh bukan hari yang nyaman bagi investor di pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular