Jakarta, CNBC Indonesia - Hari raya Lebaran untuk umat Muslim tinggal menghitung hari. Namun, kali ini transaksi di pasar saham menjelang hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah cenderung lesu ketimbang beberapa tahun lalu.
Pada awal pekan ini, Senin (10/4), data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, transaksi di bursa hanya berada di kisaran Rp 9,2 triliun. Sementara, rerata sepekan lalu juga di bawah Rp 10 triliun, yakni Rp 9,01 triliun. Angka ini juga lebih rendah dari pekan sebelumnya yang mencapai Rp 9,80 triliun.
Terakhir kali rerata nilai transaksi di bursa domestik menyentuh angka Rp 10 triliun, yakni pada periode 29 Maret-2 April ketika menembus angka Rp 10,63 triliun.
Menurut amatan Tim Riset CNBC indonesia, sepinya transaksi saham di tahun ini menjadi anomali di pasar modal sebab biasanya hari-hari jelang Lebaran, yang biasanya akan diisi dengan libur panjang, dimanfaatkan oleh para investor untuk bertransaksi di pasar modal.
Sebut saja, pada perdagangan 4 Juni 2018 hingga 6 Juni 2018 tepat sebelum Hari Raya Idul Fitri 2018, bursa efek lokal mencatatkan transaksi sebesar Rp 10,5 triliun per hari, angka ini tentunya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata transaksi sepanjang 2018 yang berada di kisaran Rp 8,5 triliun.
Di tengah kurang bergairahnya bursa kebanggaan rakyat Indonesia ini, para investor tetap ramai-ramai keluar-masuk di sejumlah saham blue chip atau big cap (saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun) dalam sepekan belakangan.
Lalu, pertanyaannya, apa saja saham yang paling ramai dikunjungi investor seminggu ini?
Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan tabel yang berisikan 10 saham dengan nilai transaksi tertinggi dalam sepekan terakhir perdagangan akumulatif sejak pekan lalu hingga Senin kemarin (10/5/2021).
Berdasarkan tabel di atas, ada lima saham tambang yang 'nangkring' di 10 besar saham paling ramai dalam sepekan perdagangan.
Dari lima saham tersebut, ada trio saham nikel ANTM-TINS-INCO, sementara dua sisanya saham emiten emas Grup Saratoga MDKA dan emiten batu bara ZINC.
Kemudian, ada duo saham dengan nilai market cap (kapitalisasi pasar) terbesar di bursa, BBRI dan BBCA.
Adapun tiga saham sisanya ialah saham emiten telekomunikasi pelat merah TLKM, saham barang konsumer raksasa UNVR dan emiten menara telekomunikasi Grup Saratoga TBIG.
NEXT: Analisis ANTM-BBCA-BBRI
Berdasarkan data BEI, dari 10 saham yang banyak dibeli-dijual investor tersebut, tujuh saham berhasil melonjak dalam sepekan, satu saham tidak bergerak dan dua sisanya malah ambles ke zona merah.
Saham emiten nikel-emas pelat merah ANTM berhasil menjadi saham yang paling riuh ditransaksikan di bursa, dengan nilai transaksi sepekan sebesar Rp 2,4 triliun.
Seiring dengan itu, harga saham ANTM melonjak hingga 6,35% ke harga Rp 2.680/saham dalam sepekan. Tercatat, saham ANTM menghijau selama 3 kali, memerah sekali dan stagnan sekali dalam seminggu ini.
Asing juga tercatat ramai-ramai masuk ke ANTM sebesar Rp 156,73 miliar dalam 7 hari belakangan.
Penguatan saham ANTM ini terjadi seiring kembali diliriknya saham-saham sektor nikel. Kemarin, mayoritas saham nikel, termasuk ANTM berhasil ditutup di zona hijau.
Kabar teranyar, Antam meneken Perjanjian Pendahuluan (Heads of Agreement/HoA) Pengembangan Bisnis Pemurnian Nikel dengan dua partnernya. HoA ini ditujukan untuk membentuk ekosistem bisnis pemurnian nikel di Konawe Utara dan Morowali Utara, Sulawesi Tenggara.
Penandatanganan ini dilakukan antara perusahaan dengan Alchemist Metal Industry Pte, Ltd. asal Singapuran dan PT Gunbuster Nickel Industry pada 6 Mei 2021.
Langkah ini akan menjadi langkah bagi Grup MIND ID untuk memaksimalkan nilai tambah sumber daya nikel yang dimiliki Indonesia.
Kedua, ada saham bank 'wong cilik' BBRI yang mencatatkan nilai transaksi Rp 1,7 triliun dalam sepekan ini. Adapun harga saham BBRI hanya naik tipis sebesar 1,00% dalam seminggu. Dalam 7 hari terakhir, saham ini menguat 3 kali, stagnan sekali dan melorot dua kali.
Menjelang hari raya umat muslim pekan ini, BBRI telah menyiapkan uang tunai sejumlah Rp 36,7 triliun sebagai persiapan libur Lebaran 2021, jumlah ini naik 8% dibandingkan 2020. Uang kas ini dialokasikan untuk mesin ATM, CRM, dan juga untuk layanan Unit Kerja Operasional (UKO).
Di bawah BBRI, ada saham dengan market cap terbesar di bursa, BBCA, yang mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 1,6 triliun.
Seiring dengan itu, dalam sepekan asing juga ramai-ramai mengoleksi saham BBCA dengan nilai beli bersih sebesar RP 280,43 miliar.
Harga saham BBCA pun berhasil naik tipis 0,47% ke harga Rp 32.100/saham.
Kinerja keuangan BBCA dalam 3 bulan pertama tahun ini terbilang solid.
Berdasarkan paparan resmi manajemen, BCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 7,04 triliun pada 3 bulan pertama tahun ini, tumbuh 7% secara tahunan (YoY) dari periode yang sama tahun lalu Rp 6,58 triliun.
Sejalan dengan perekonomian yang berangsur pulih dari pandemi, portofolio total kredit dan obligasi korporasi telah relatif stabil sejak Desember 2020, mencapai Rp 610 triliun per 31 Maret 2021.
Kinerja ini didukung oleh penempatan pada obligasi korporasi yang meningkat sebesar 6,9% dibandingkan posisi Desember 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA