
China Ogah Lirik Batu Bara Ausie, Harga Tembus US$ 96/ton!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal ICE Newcastle tak bergerak di akhir perdagangan minggu lalu. Namun harga kembali ke level psikologis US$ 96/ton. Harga batu bara mencetak rekor tertinggi dalam satu bulan terakhir.
Harga kontrak berjangka (futures) batu bara naik 2,55% minggu lalu. Namun jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu harga batu bara sudah naik 81%.
Sentimen positif pertama yang mendongkrak harga batu bara seminggu lalu ialah kenaikan harga batu bara China. Hal ini masih disebabkan oleh ketatnya pasokan di tengah kenaikan permintaan.
Harga batu bara termal acuan China Qinhuangdao naik lagi 5,9% minggu lalu dan harga batu bara tembus RM 807/ton. Kenaikan harga yang fantastis ini membuat kebijakan kuota impor direlaksasi.
Di saat yang sama, tensi geopolitik antara Australia dengan China yang semakin memanas juga membuat peta perdagangan dan pasar batu bara global berubah. Untuk urusan impor batu bara termal China memilih RI sebagai pemasok.
Namun China 'ogah' dipasok batu bara kokas dari Australia. Berbeda dengan batu bara termal yang banyak digunakan sebagai bahan bakar di pembangkit listrik, batu bara kokas banyak digunakan untuk industri manufaktur dan pembuatan baja.
Secara umum batu bara kokas memiliki nilai kalori yang lebih tinggi. Harga batu bara kokas juga cenderung premium ketimbang harga batu bara termal. Sebagai penggantinya China beralih mengimpor batu bara kokas dari AS dan Kanada.
Ekspor AS ke China naik lebih dari lima kali lipat menjadi 2,11 juta ton, sementara ekspor Kanada naik 51% menjadi 2,3 juta ton. Sementara itu Australia kini lebih banyak mengekspor batu baranya ke India. Pengiriman Australia ke India naik 45% secara kuartalan menjadi 15,18 juta ton.
Adanya perang dagang antara China dengan Australia ini membuat RI diuntungkan. Pasalnya RI juga merupakan produsen batu bara di dunia dengan produksi lebih dari 500 juta ton per tahun.
Tahun ini produksi diperkirakan bakal lebih tinggi dari 550 juta ton, mengingat adanya kenaikan harga batu bara dan permintaan yang mulai pulih ditopang oleh ekspansi ekonomi China.
Namun produksi batu bara RI sempat turun 4% di kuartal pertama. Hal ini diakibatkan oleh cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir dan menghambat kegiatan operasional pertambangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow Rekor, Harga Batu Bara Tembus Level Tertinggi!